D. Fungsi Ideologi
Sebuah ideologi yang ingin berjalan langgeng di masayarakatnya harus memenuhi beberapa fungsi sebagai berikut:
1. Struktur Kognitif
Fungsi ideologi sebagai unsur kognitif adalah segala pengetahuan dan pandangan yang merupakan landasan untuk memahami segala kejadian yang terjadi di sekitarnya. Dalam hal ini ideologi menjadi pacuan dalam memahami dan menyikapi segala persoalan yang menghadapai sekelompok masyarakat atau bangsa ketika menghadapi masalah tertentu. Setiap kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan suatu negara baik itu kebijakan politik, sosial, ekonomi, maupun kebudayaan.biasanya didasarkan pada ideologi yang dianutnya.
2. Orientasi Dasar
Fungsi ideologi sebagai orientasi dasar artinya membuka wawasan yang memberikan makna serta menunjukkan tujuan dalam kehiduapn masyarakat. Dalam hal ini ideologi berfungsi untuk menentukan suatu arah dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara. Agar dapat melangsungkan kehidupan bernegaranya, suatu negara wajib mempunyai ideologi. Jika tidak memiliki ideologi, maka dapat diprediksi negara tersebut akan akan dekat dengan kehancuran karena bisa dengan mudah terpengaruh oleh ideologi-ideologi yang menyerang bangsa mereka.
3. Norma yang Menjadi Pedoman
Negara yang memiliki ideologi sangat berpegang teguh pada norma-norma yang menjadi pedoman dalam berbangsa dan bernegara. Jadi, dalam bertindak selalu dalam batasan norma-norma yang terkandung di dalam ideologi tersebut. Berpedoman dengan norma-norma, maka seseorang dapat terarah dalam bertingkah laku.
4. Kekuatan untuk Mencapai Tujuan
Ideologi juga berfungsi sebagai pendorong dan penyemangat seseorang untuk mencapai suatu tujuan. Ya, karena tanpa adanya pandangan hidup yang dianggap sebagai pedoman dalam berbangsa dan bernegara, suatu bangsa tidak akan mampu untuk mencapai tujuan dan cita-citanya. Oleh karena itu, ideologi adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam mewujudkan cita-cita Negara tersebut.
5. Jalan Menentukan Identitas Diri
Jati diri suatu bangsa salah satunya ditentukan oleh ideologi yang dianut oleh bangsa tersebut. Dengan ideologi yang dianutnya suatu bangsa memiliki jati diri yang berbeda dengan negara lainnya. Sebagai contoh ideologi pancasila yang dianut bangsa Indonesia telah membedakan identitas nasional Indonesia dengan bangsa lain seperti halnya Amerika Serikat yang berideologi liberal atau RRC yang berideologi komunis.
6. Sumber Edukasi Masyarakat
Fungsi ideologi yang terakhir adalah sebagai sumber pendidikan bagi masyarakat, untuk memahami, menghayati, serta mempolakan tingkah lakunya sesuai dengan orintasi dan norma-norma yang terkandung di dalamnya.
Sementara itu Agung S. (2016: 6) menambahkan ada lima fungsi dari ideologi, yaitu:
1. Sebagai dasar dan kerangka bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
2. Sebagai pemberi arah dan tujuan bagi pengharapan, pemikiran dan kegiatan bersama dari semua unsur yang ada dalam masyarakat suatu negara.
3. Pengikat suatu bangsa menjadi satu kesatuan yang utuh untuk mencapai cita-cita bersama.
4. Menjadi sumber inspirasi yang mampu menyemangati serta mendorong masyarakat suatu bangsa untuk mencapai tujuan.
5. Bekal untuk menwntukan jati diri suatu bangsa
E. Dimensi Ideologi
Sebuah ideologi dapat bertahan apabila memiliki tiga dimensi, yaitu:
1. Dimensi Realita, artinya nilai-nilai dasar yang tercantum di ideologi tersebut mencerminkan kenyataan hidup yang ada di dalam masyarakat dimana ideologi itu ada untuk pertama kalinya. Hal ini mengandung makna
2. Dimensi Idealis, artinya memiliki cita-cita yang tahan uji. Kualitas ideologi yang tercamtum dalam nilai dasar tersebut bisa memberikan harapan yang masuk akal dan dapat direalisasikan oleh berbagai kelompok dan masyarakat mengenai masa depan yang lebih baik.
3. Dimensi Fleksibilitas, artinya dapat menyesuaikan diri dan mengikuti perkembangan zaman. Dalam hal ini kemampuan ideologi dalam mempengaruhi dan menyesuaikan diri dengan perkembangan masyarakatnya. Menurut Agung S. (2016: 7) dimensi ini biasanya hanya dimiliki oleh suatu ideologi yang terbuka karena dengan ideologi terbuka dapat mengembangkan pemikiran-pemikiran baru tentang nilai dasar yang terkandung di dalamnya.
F. Aspek-aspek Negatif Ideologi
Sebuah ideologi tidak jarang mampu menlahirkan aspek-aspek negatif, baik pada kehidupan bangsa penganut ideologi tersebut atau kepada bangsa lainnya. Sejarah mencatat bahwa dengan ideologi yang dianutnya seorang pemimpin suatu bangsa bisa menimbulkan aspek negatif pada kehidupan Sebagai contoh bagaimana ideologi komunis yang berkembang di RRC, Eropa Timur (dulu), Korea Utara, dan Cuba digunakan untuk mempertahankan kepentingan para pemimpin negara tersebut secara sepihak. Dengan dalih ideologi para pemimpin negara berhasil mempertahankan segala kepentingan mereka, sehingga hidup lebih makmur sedangkan rakyatnya hidup serba kekurangan.
Ideologi juga seringkali digunakan untuk merongrong pemerintahan dan mengubah keadaan secara radikal. Dalam sejarah Eropa tercatat bagaimana Marxisme, Naziisme dan Fasisme berhasil merongrong kekuasaan para penguasa di Rusia, Jerman dan Italia. Bahkan tidak hanya merongrong tapi sampai melalukan tindakan radikal melalui sebuah revolusi untuk mengubah jalannya pemerintahan.
Ilmu pengetahuan juga bisa terkena dampak negatif ideologi. Dalam hal ini ideologi bisa dipakai untuk memperbudak ilmu pengetahuan. Bagaimana seorang Adolf Hitler saat berkuasa secara keras memerintahkan kepada para ilmuwan, antropolog dan dokter-dokter di Jerman untuk membuktikan bahwa Ras Aria yang menjadi cikal-bakal Bangsa Jerman merupakan ras super yang terbaik, paling sempurna dan terpilih. Hal ini didorong hanya untuk mendukung teori Hitler tentang superioritas Bangsa Jerman seperti yang tercantum dalam bukunya, Mein Kamp (Perjuanganku) sekaligus melegalkan aksi dominasi Jerman atas ras-ras lainnya di dunia.
G. Ideologi yang Berkembang di Dunia
Sepanjang sejarah manusia tercatat banyak ideologi yang pernah muncul dan berkembang dalam kehidupan ini. Ideologi-ideologi tersebut bisa dibagi dua, yaitu ideologi tradisional dan ideologi modern.
Ideologi tradisional dalam hal ini bisa disamakan dengan ideologi yang dianut negara kerajaan pada masa lalu. Dalam ideologi ini terdapat hubungan patron-client yang secara jelas menempatkan pemimpin sebagai patron dan rakyat sebagai client. Sifat hubungan ideologi tradisonal seperti ini umunya bersifat konservatif dan memiliki loyalitas yang tinggi. Sifat konservatif dan loyalitas yang tinggi ini bisa membawa pada kehancuran suatu bangsa, karena hal kecil saja bisa mendorong pada munculnya pertikaian antar kelompok secara besar, dengan dalih loyalitas kelompok. Konsep ideologi yang didasrkan pada mitologi atau alam pemikiran tradisonal yang berkembang pada masyarakat pada masa lalu, seperti konsep keagungbinatharaan dalam konsep kekuasaan Jawa dan feodalisme bisa dikatagorikan sebagai contoh ideologi tradisional.
Ideologi berikutnya bersifat kekinian atau modern. Liberalisme, kapitalisme, nasionalisme, demokrasi, sosialisme, komunisme dan fasisme bisa jadi contoh ideologi modern yang paling banyak dianut sampai sekarang.
Mengenai ideologi tradisional dan modern tersebut akan dibahas secara terpisah pada tulisan lain yang ada di blog ini. (Enang Cuhendi)
Referensi
Buku
Ebenstein, William, 2014, Isme-isme yang Menguncang Dunia: Komunisme, Fasisme, Kapitalisme, Sosialisme, Yogjakarta, Narasi
Kristeva, Nur Sayyid Santoso, 2010, Sejarah Ideologi Dunia: Kapitalisme, Sosialisme, Komunisme, Fasisme, Anarkisme, Anarkisme Dan Marxisme, Konservatisme, Yogjakarta, Eye on The Revolution Press Institute for Philosophycal and Social Studies (INPHISOS)
Agung S., Leo, 2016, Sejarah Intelektual, Yogjakarta, Penerbit Ombak.
Syam, Firdaus, 2007, Pemikiran Politik Barat; Sejarah, Filsafat, Ideologi dan Pengaruhnya Terhadap Dunia Ketiga, Jakarta, Bumi Aksara,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
KOLOM kOMENTAR
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.