Kamis, 13 Maret 2014

Bangsa Sumeria Sang Perintis Peradaban Mesopotamia Kuno

Daerah Mesopotamia meliputi negara Irak pada masa sekarang. Mesopotamia berasal dari dua kata, yaitu Mesos (= tengah) dan potamus (= sungai). Secara geografis istilah ini sangat tepat mengingat Mesopotamia  merupakan wilayah yang terletak antara dua sungai yaitu sungai Tigris dan Eufrat, terbentang dari kaki bukit Taurus-Armenia di utara sampai ke Teluk Persia. Wilayah ini di bagian barat dibatasi oleh padang pasir Syria, dan di bagian timur dibatasi oleh pegunungan Zagros.
Wilayah Mesopotamia secara alami terdibagi ke dalam dua bagian, yaitu Mesopotamia atas dan Mesopotamia Bawah atau Babilonia (dataran endapan tanah subur yang ada di selatan Bagdad modern. Pada masa itu Mesopotamia Atas memiliki dua pusat peradaban utama, satu berada di wilayah Eufrat Atas yang meliputi kota kota-kota tua, seperti Carchemish, Harran, Gozan, Khabur, dan Mari. Di wilayah ini berdiri kerajaan Hurrian di Mittani (abad 15 SM) dan kerajaan Amorite di Mari (abad 18 SM). Pusat-pusat yang lain adalah Tiggris Atas dekat kuala (tempat pertemuan air sungai Zab. Wilayah ini merupakan kerajaan Assyria dengan kota-kota utamanya, Assur, Ninevah, Calah, dan Dur Sharrukin.
Daerah di sekitar kedua sungai itu tanahnya sangat subur dan bentuknya melengkung seperti bulan sabit sehingga sejarawan dari Amerika Serikat yaitu Breasted menyebut Mesopotamia dengan ungkapan “The Fertile Crescent Moon” (daerah bulan sabit yang subur). Sedangkan Sejarawan Yunani kuno yang bernama Herodotus menyebut Mesopotamia sebagai “Tanah surga yang cantik jelita”.
Keadaan tanah yang subur serta sungai-sungai yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan merupakan faktor pendukung bagi tumbuhnya peradaban suatu bangsa.Karena letaknya pada suatu dataran yang luas tanpa pertahanan alam yang memadai maka perkembangan Mesopotamia menjadi sasaran perebutan bangsa-bangsa di sekitarnya untuk mendiami daerah tersebut. Bangsa-bangsa yang pernah mengembangkan peradabannya di Mesopotamia adalah Sumeria, Akkadia, Babilonia, Assyria dan Babilonia Baru.

1.      Kehidupan Sosial Bangsa Sumeria
Berdasarkan catatan sejarah, bangsa tertua yang menempati Mesopotamia adalah bangsa Sumeria. Merekalah yang diduga telah menciptakan membuka mesopotamia yang pada mulanya berupa rawa-rawa menjadi pusat peradaban dan mengembangkan kebudayaan irigasi pada masa Calcholithic (Obeidian), yang dimulai tidak jauh setelah 4000 SM. Pendudukan tanah genting lembah sungai Tigris-Eufrat, ini merupakan prestasi kekuasaan kolektif manusia yang melahirkan peradaban ini.
Dikuasainya rawa belantara tersebut merupakan sebuah prestasi sosial yang jauh lebih tinggi daripada prestasi teknologi. Para pengolah tanah di oase-oase Asia Barat Daya mungkin telah menemukan cara untuk meningkatkan irigasi alam lokal secara artifisial. Untuk memanfaatkan tanah genting sungai kembar (Tigris-Eufrat) yang dianggap sebagai hadiah, manusia harus menggunakan teknik irigasi tiruannya dalam sekala yang membutuhkan kerja sama lebih banyak manusia. Dengan membuka dan mengolah tanah genting di lembah bawah Tigris dan Eufrat tersebut, berarti orang-orang Sumeria sedang menciptakan sebuah spesies baru masyarakat manusia yang paling awal, peradaban-peradaban regional.
Selama lima atau enam abad pertama dalam sejarah peradaban Sumeria (Sekitar 3100-2500 SM), negara-negara kota muncul berdampingan tanpa saling bersatu. Hal ini terjadi mengingat masih sangat luasnya teritori rawa dan masih sedikitnya jumlah penduduk yang ada. Sehingga setiap kelompok penduduk dapat mengolah dan menikmati kekayaan rawa engan tidak terhingga.
Seiring perkembangan jumlah penduduk masalah pun mulai bermunculan. Momentum politik penting terjadi ketika domain negara-negara kota lokal yang semakin meluas mengeliminasi zona-zona rawa yang mengisolasi dan menjadi saling bertetangga secara langsung. Kesempurnaan kemenangan teknologi manusia atas alam di Sumeria pada kenyatannya menimbulkan masalah politik dalam hubungan sesama manusia. Negara-negara kota terus bertahan, setelah menjadi saling bertetangga, masing-masing mempertahankan independensi kedaulatan lokalnya sendiri. Pada fase ini, produktifitas tanah genting Tigris Eufrat begitu luar biasa, sehingga sebagian hasilnya dapat menghidupi anggota perusahaan di sebuah negara kota Sumeria secara mewah.
Sekitar paro milinium ketiga SM, ciri yang menonjol bukanlah terpeliharanya status istimewa “perusahaan” di setiap negara kota, tetapi persetruan antar negara kota. Dari relief dasar yang menggambarkan Raja Eannatum di Lagash sedang merayakan kemenangannya atas tetangganya, Umma, menunjukkan bahwa, sebelumnya, peperangan antar negara di Sumeria telah menjadi sangat terorganisir dan proporsional. Pasukan Raja Eannatum tidak hanya dilengkapi dengan helm-helm (dari logam) yang mahal dan tameng-tameng yang memadai, tetapi mereka juga dilatih secara baik untuk menyerang musuh dalam formasi ruas jari. Pangkal pertikaian antara Lagash dan Umma pada masa Eannatum adalah kepemilikan sebuah kanal di perbatasan antara dua negara tersebut, yang dapat menghasilkan tanah produktif di tengahnya yang bergantung pada irigssi dan drainase dari kanal yang diperebutkan tersebut.
Setelah Umma, Negara kota bangsa Sumeria yang berkuasa berikutnya adalah Urukagina. Urukagina mencaplok bukan hanya Lagash tetapi juga seluruh negara kota Sumeria. Selanjutnya ia meluaskan kerajannya melampaui batas-batas Sumeria hingga kerajaan ini membentang dari laut ke laut, yaitu dari ujung kepala teluk Persia sampai pantai Mediterrania di Syria bagian utara.
Dalam proses sejarah selanjutnya, Urukagina berhasil ditaklukan oleh Raja Lugalzaggisi (2371-2347 SM). Prestasi Lugalzaggisi dalam menyatukan Sumeria adalah secara politik, dan kemudian meluaskan kerajaannya ke arah barat laut untuk menghasilkan kontrol tunggal atas air di Tigris dan Eufrat. Selanjutnya, penguasa Sumeria ini memiliki sumber kayu Sumeria di Gunung Amanus, dan kemungkinan juga sumber-sumber tembaga yang lebih jauh.

2.      Sistem Mata Pencaharian dan Religi
Bangsa Sumeria mengembangkan kehidupannya dengan mengusahakan pertanian. Untuk mengairi tanah pertaniannya dibuatlah saluran air dari kedua sungai itu. Pengolahan tanah dilakukan dengan membajak menggunakan tenaga hewan yaitu keledai dan lembu. Untuk mengangkut hasil panen dan keperluan yang lain mereka membuat kereta atau gerobak yang diberi roda. Hasil utama pertanian ini adalah gandum kemudian jemawut dan jelai. Konon bangsa Sumeria adalah bangsa yang mengenal roda dan gandum yang pertama kali di dunia.
Satu hal yang perlu diketahui bahwa orang-orang Sumeria yang berhasil menjinakkan rawa-belantara ini bukanlah penduduk asli, karena sebelum dijinakkan rawa liar tersebut tidak bisa ditempati manusia. Sebagian pemukiman Masyarakat Sumeria paling awal adalah Ur, Uruk, dan Eridu yang semuanya berada di ujung barat daya rawa besar ini yang bersebelahan dengan jazirah Arab. Walaupun berdekatan dengan jazirah Arab, orang-orang Sumeria bukanlah berasal dari jazirah Arab, karena bahasa mereka tidak memiliki afinitas dengan bahasa-bahasa keluarga Semitik. Mereka berbeda dengan para migran berurutan yang berasal dari Arab ke daerah-daerah Asia dan Afrika yang semuanya berbahasa Semitik.
Di samping pertanian, bangsa Sumeria juga mengembangkan perdagangan. Hal ini didasarkan pada temuan berupa ribuan meterai tanah liat yang antara lain berisi perjanjian dagang, perhitungan pesanan barang-barang.

3.      Sistem Kepercayaan
Kepercayaan bangsa Sumeria bersifat Polytheisme. Mereka percaya dan menyembah banyak dewa. Salah satu dewa utama adalah Marduk. Dewa-dewa bangsa Sumeria pada masa yang paling awal erat kaitannya dengan fenomena alam. Bahkan dewa-dewa ini dikonsepsikan dalam bentuk manusia dan diorganisasikan dalam satu negara-kosmik yang menggambanrkan bentuk-bentuk sosial dari Sumeria pra-monarki.
Dunia para dewa merupakan makro-kosmos dari bangsa Sumeria, sementara kuil-kuil duniawai adalah sebagai tempat tinggal para dewa. Majlis dewa-dewa antara lain melibatkan empat dewa utama, yaitu Anu (dema langit tua yang berperan sebagai kepala majlis dewa), Enlil (dewa halilintar muda), Ninkhursag atau Ninmakh (sebagai ibu besar, personifikasi dewa kesuburan), dan Enki (dewa air bawah tanah, sumber kekuatan penciptaan bumi. Tiga dewa penting lainnya adalah Nanna (bulan), Utu (matahari), dan Inanna (Venus). Perayaan keagamaan yang menggambarkan peperangan kosmogonik (asal-usul terjadinya alam) yang dimainkan pada perayaan Tahun Baru, menempatkan Enlil kemudian dewa Marduk dalam tradisi Babilonia, sebagai penumpas kekacauan dan menggambil alih kedudukan raja.
Keberadaan Dewa-dewa bagi bangsa Sumeria merupakan ide untuk menkontrol setiap aspek kehidupan, khususnya kekuatan-kekuatan alam. Orang-orang Sumeria percaya bahwa dewa-dewa dan dewi-dewi berprilaku layaknya manusia. Mereka makan, minum, menikah, dan keluarga yang terkumpul. Disamping para dewa berprilaku adil dan benar, mereka juga bertanggungjawab terhadap kekejaman dan penderitaan.

4.      Sistem Pemerintahan
Kehidupan suatu bangsa tidak mungkin berjalan dengan baik tanpa dipimpin oleh pemerintahan yang teratur. Bangsa Sumeria mengembangkan pemerintahan yang berpusat di kota Ur dekat muara sungai Eufrat. Para penguasa memiliki kekuasaan yang sangat besar. Selain sebagai kepala pemerintahan, Raja juga sebagai kepala agama sehingga raja disebut Patesi (Pendeta Raja). Raja bertanggungjawab terhadap kehidupan masyarakat baik lahir maupun batin. Raja harus mampu mengatur kehidupan ekonomi, keamanan atau ketentraman, hukum dan peradilan serta kehidupan keagamaan.
Negara-kota pada masa Mesopotamia yang paling awal diorganisasikan secara ekonomik dan keagamaan dalam bentuk komunitas-komunitas yang dikepali seorang pendeta, yang mewakili atau melambangkan dewa penolong atau dewa-dewa kota. Majlis politik warga negara atau orang-orang sudah tua juga diatur. Kombinasi teokrasi dan demokrasi primitif di kota-kota kekuasaan dipegang oleh seorang Ensi atau gubernur. Dia memegang baik kekuasaan politik atau keagamaan, atau diperintah oleh seorang raja atau Lugal, suatu sebutan superior yang sering dipakai karena kedaulatannya yang luas. Pada masa imperium, kekuasaan politik berkembang dalam bentuk monarki yang sangat bsentralitis
Salah seorang patesi bernama Ur Nanshe. Ia adalah Raja yang membangun kota Lagash sekitar tahun 2500 SM. Tindakan Ur Nanshe diikuti oleh Patesi (Raja)
Gudea yang memerintah kira-kira tahun 2400 SM. Dialah yang menjadikan kota Lagash jadi kota yang paling berarti di Sumeria.

5.      Peninggalan Bangsa Sumeria
Peradaban bangsa Sumeria yang telah tinggi dapat diketahui melalui peninggalan budayanya sebagai berikut.
a.      Bangunan
Pada umumnya ditemukan kuil untuk pemujaan yang disebut ziggurat. Ziggurat berasal dari kata zagaru yang artinya bangunan tinggi seperti gunung karena merupakan menara bertingkat yang makin lama makin kecil. Pada masing-masing puncak zigurat berdiri kuil atau tempat suci sebagai tempat pemimpin dewa atau dewa-dewa kota. Para pemimpin tinggal di tempat yang sangan bagus dengan halaman gedung yang luas. Sementara itu, masyarakat pada umumnya tinggal di rumah-rumah kecil yang terkumpul dan hanya mempunyai jalan dan lorong-lorong ayng sempit. Para tukang batu yang praktek berdagang, sama seperti tukang tenun atau tukang kayu, tinggal dan bekerja di jalan yang sama. These shop-lined streets formed a bazaar, the ancestor of today's shopping mall. Toko-toko dipinggiran jalan inilah yang membentuk bazar, sebagai cikal bakal yang sekarang disebut dengan mall.

b.      Tulisan
Pada sekitar tahun 3200 SM Bangsa Sumeria diketahui sudah mengenal tulisan. Tulisan tersebut sering disebut dengan Cuneiform Writing atau tulisan paku. yaitu sistem tulisan yang kira-kira sejaman dengan hieroglyphics yang merupakan hasil kebudayaan masyarakat Mesir kuno. Orang-orang Sumeria menggunakan alat yang ditunjukkan secara jelas, yang disebut dengan stylus, untuk menuliskan karakter-karakter yang terbentuk dari penggalan kecil pada lempengan tanah liat yang lembut, yang kemudian diperkeras dengan membakarnya.
Membaca dan menulis tulisan Cuneiform adalah sulit, karena alpabhetnya terdiri dari 550 karakter. Para ahli menulis tuliasan Sumeria harus melelui beberapa tahun pendidikan dengan tekun untuk mendapatkan kemahiran. Namun demikian, Cuneiform digunakan secara luas di Timur Tengah selama ratusan tahun.

c.       Pengetahuan dan sastra
Bangsa Sumeria memberikan sumbangan yang penting bagi dunia dalam bidang matematika. Mereka mengembangkan hitungan dengan dasar 60 (disebut sixagesimal) Penemuan mereka tentang hitungan lingkaran adalah 360o, satu jam adalah 60 menit, 1 menit adalah 60 detik masih kita gunakan sampai sekarang. Pengetahuan di atas menjadi dasar untuk penghitungan waktu untuk satu hari adalah 24 jam, satu bulan adalah 30 hari, satu tahun adalah 12 bulan. Penghitungan waktu disebut dengan sistem penanggalan yang nanti dikembangkan oleh bangsa Babilonia. Penghitungan kalender Babilonia berdasarkan pada peredaran Bulan (disebut sistem lunar atau kalender Komariah).

Di samping itu orang-orang Sumeria juga sudah mengembangkan sastra. Syair orang-orang Sumeria yang berbentuk cerita, yang sering disebut dengan The Epic of Gilgamesh, adalah satu karya yang tertua dari bentuk sastra di dunia ini. Syair kepahlawanan ini adalah koleksi cerita tentang seorang pahlawan yang disebut Gilgamesh. Satu dari perjalanan Gilgamesh di dunia adalah mencari keabadian hidup. Dalam perjalanannya, dia menemukan satu orang yang selamat dari banjir yang besar yang merusak dunia. Dalam akhir cerita, Gilgamesh telah belajar kebenaran yang terbesar tentang keseluruhannya, bahwa pahlawan pasti mati karena pertempuran, dan membutuhkan peranakan keledai untuk membawa barang-barang.

2 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  2. makasih atas infonya, kunjungi http://bit.ly/2IcFh7H

    BalasHapus

KOLOM kOMENTAR

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.