Hari ini bangsa Indonesia
memperingati satu hari bersejarah. Tepat 92 tahun yang lalu para pemuda
mempelopori satu ikrar bersama yang dikenal dengan “Sumpah Pemuda”. Sumpah
tersebut merupakan tekad untuk mengesampingkan segala perbedaan yang ada dalam
keberagaman, dan mengedepankan persamaan sebagai anak bangsa yang berbangsa
satu, berbahasa satu dan menjunjung bahasa persatuan, yaitu Indonesia.Peristiwa bersejarah yang
terjadi pada 28 Oktober 1928 di Gedung Kramat Raya 106 itu mampu menggerakkan
anak bangsa Indonesia untuk mengedepankan persatuan dan kesatuan bangsa.
Perjuangan melawan penjajah kolonial yang sebelumnya berotientasi kedaerahan
menjadi fokus ke satu arah yang sama, yaitu memperjuangkan kemerdekaan
Indonesia. Sejak itu semua hanya berbicara atas nama satu identitas diri, satu
nusa dan satu bangsa, yaitu Indonesia. Bahasa yang dipergunakan dalam pergaulan
pun menggunakan bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia.Itulah salah satu sumbangsih
besar para pemuda masa lalu demi tanah air yang bernama Indonesia. Sumbangsih
yang tidak ternilai maknanya. Sumpah Pemuda mampu memberikan kontribusi yang
besar bagi bangsa Indonesia dulu hingga sekarang, bahkan bukan mustahil sampai
nanti ke depan selama negara yang bernama Indonesia masih berdiri.
Pemuda di Era Globalisasi
Masa sekarang dikenal sebagai era globalisasi. Konsep globalisasi dapat dengan mudah dipahami melalui pemenggalan kata ‘global’ dan ‘sasi’. Kata ‘global’ merujuk pada lintas batas dan kata ‘sasi’ merujuk pada perubahan / proses menjadi. Globalisasi adalah proses integrasi atau penyatuan ke ruang lingkup dunia. Untuk mempermudah mengingat, globalisasi dapat diartikan secara singkat sebagai proses perubahan sosial pada skala lintas batas atau skala mendunia.
Ciri khas dari era globalisasi, yaitu semakin kaburnya batas-batas geografis antar negara. Kemajuan teknologi dan transportasi, membuat hubungan yang bersifat global atau mendunia yang meliputi semua hubungan yang terjadi melampaui batas-batas geografis dan ketatanegaraan. Apa yang terjadi di satu negara dapat dengan mudah diakses dan ditetahui di negara lain. Budaya yang berkembang di satu belahan bumi, bisa dengan mudah masuk dan dinikmati oleh masyarakat di belahan bumi lainnya. Boleh dikatakan di era ini sudah tidak ada lagi rahasia yang bisa disembunyikan.
Dilihat dari sejarahnya istilah
globalisasi muncul sekira dua puluh tahun yang lalu. Globalisasi populer
sebagai ideologi baru sekitar lima atau sepuluh tahun terakhir. Dalam rentang
tersebut perkembangan globalisasi begitu cepat. Banyak faktor yang mendorong
terjadinya globalisasi, yang paling utama adalah perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi yang sangat pesat.
Globalisasi menyentuh seluruh
aspek penting kehidupan. Bidang ekonomi, politik, serta sosial budaya semua
mendapat sentuhan globalisasi. Pada aspek ekonomi, globalisasi mengacu pada
perubahan yang terjadi pada mekanisme pertukaran barang dan jasa secara lintas
batas. Di bidang politik jika sebelumnya kebijakan politik hanya mencakup skala
nasional, era globalisasi mendorong terintegrasinya kebijakan-kebijakan politik
di berbagai negara dan memungkinan terciptanya bentuk-bentuk kerja sama politik
antar negara. Sedangkan di bidang sosial budaya konsep globalisasi merujuk pada
proses terintegrasinya gagasan, nilai, norma, perilaku serta cara hidup sosial
kemasyarakatan. Dalam hal ini, sebagian besar individu dibentuk oleh pengaruh
masyarakat dunia.
Hadirnya globalisasi tentunya
menjadi tantangan tersendiri. Di balik dampak positif yang ditimbulkan,
globalisasi juga melahirkan aneka dampak negatif. Ini menjadi tantangan
tersendiri bagi semua anak bangsa, tidak terkecuali generasi muda. Di era
globalisasi ini generasi muda mendapat tantangan yang luar biasa. Tantangan
yang jauh lebih berat bila dibandingkan dengan para pendahulunya. Kalau dulu tantangannya
bagaimana melepaskan diri dari belenggu penjajahan dan menyatukan segala
perbedaan yang ada hingga terbentuknya satu Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang utuh. Sekarang justru berbalik bagaimana kita mempertahankan kemerdekaan
yang sudah diraih dan mampu menghindar dari dampak negatif globalisasi yang
mendorong pada lepasnya ikatan persatuan yang sudah terjalin.
Dengan maraknya globalisasi
generasi muda ditantang untuk memiliki kompetensi yang mumpuni. Kompetensi ini
dibutuhkan agar mampu bersaing dalam gelombang persaingan di era globalisasi.
Hanya orang-orang yang memiliki kualitas kompetensi yang baik yang akan mampu
bersaing, sedangkan yang tidak berkualitas dengan sendirinya akan tersingkir
dan tergilas gelombang globalisasi.
Di lain pihak derasnya arus globaliasasi
juga telah mendorong mudahnya budaya luar untuk masuk dalam kehidupan bangsa
kita, khususnya kehidupan generasi muda. Konsep globalisasi yang merujuk pada
proses terintegrasinya gagasan, nilai, norma, perilaku serta cara hidup sosial
kemasyarakatan. Telah mendorong aneka budaya luar dapat bersinggungan langsung
dengan kehidupan generasi muda Indonesia. Budaya yang belum tentu sesuai dengan
budaya bangsa Indonesia. Dalam situasi seperti ini benturan budaya seringkali
terjadi, antara nilai-nilai lokal yang sudah ada dengan nilai-nilai dari luar
yang masuk. Dalam menghadapi kondisi ini generasi muda dituntut untuk bisa
bersikap dengan baik dan memiliki filter atau daya penyaring yang kuat agar
tetap mampu mempertahankan eksistensi jati diri sebagai anak bangsa Indonesia.
Generasi muda yang tidak
memiliki kemampuan untuk memfilter diri dari serangan budaya luar bukan
mustahil akan kehilangan jati dirinya. Kehidupannya akan banyak meniru dan
mencontoh segala nilai yang masuk dari luar. Penampilan, gaya hidup, tutur
kata, pola prilaku yang seringkali tidak mencerminkan sebagai pemuda Indonesia.
Kalau ini terjadi maka dia akan kehilangan jati dirinya sebagai bangsa
Indonesia. Kalau jati diri sudah terserabut dari diri setiap generasi muda
Indonesia, maka tinggal menunggu waktu kapan negri yang namanya Indonesia akan
hancur lebur tergilas mesin perang peradaban dari negara lain.
Bagi generasi muda yang
memiliki kualitas kompetensi yang baik, juga didorong oleh karakter yang baik pastinya
akan menjadi penyelamat eksistensi bangsa ini. Di tangan generasi muda seperti
inilah nasib bangsa ditentukan. Di genggaman mereka pula lah jati diri bangsa
akan tetap terlindungi.
Satu yang pasti bagi generasi
muda yang hidup di era globalisasi wajib memiliki tiga hal yang utama. Pertama,
karakter yang baik. Dengan karakter yang baik sederas apapun budaya luar yang masuk
ke negeri ini takkan mampu menggoyahkan keyakinan generasi muda akan jati
dirinya bahkan akan mampu memenangkan peperangan di era perang peradaban (Civilization
wars) saat ini. Kedua, kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang mumpuni juga memiliki tingkat literasi yang tinggi. Dengan bekal
penguasaan IPTEK dan literasi yang baik dan mumpuni generasi muda akan mampu
bersaing di tataran global. Mereka tidak akan mampu dijajah kembali di era global.
Ketiga, memiki kompetensi 4C (Critical thinking, Creatifity, comunication,
dan colaboratian). Kompetensi 4C ini menjadi modal penting di era global
ini.
Harapan besar akan masa depan
bangsa agar mampu tetap eksis dan memenangakan peperanagn di era globalisasi ada
di tangan para pemuda. Kalau pemuda dulu mampu berkontribusi besar untuk bangsa
melalui karya Sumpah Pemuda dan perjuangannya. Saat ini generasi muda ditantang
untuk mampu berkontribusi di era globalisasi ini. Kontribusi besar untuk
memenangkan perang era baru, yaitu perang peradaban. Menang dalam perang
artinya NKRI akan tetap utuh, jika kalah maka sebaliknya, NKRI hanya akan menjadi satu
kenangan sejarah. (
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
KOLOM kOMENTAR
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.