Rabu, 28 Oktober 2020

Tantangan Generasi Muda di Pusaran Globalisasi

Hari ini bangsa Indonesia memperingati satu hari bersejarah. Tepat 92 tahun yang lalu para pemuda mempelopori satu ikrar bersama yang dikenal dengan “Sumpah Pemuda”. Sumpah tersebut merupakan tekad untuk mengesampingkan segala perbedaan yang ada dalam keberagaman, dan mengedepankan persamaan sebagai anak bangsa yang berbangsa satu, berbahasa satu dan menjunjung bahasa persatuan, yaitu Indonesia.
Peristiwa bersejarah yang terjadi pada 28 Oktober 1928 di Gedung Kramat Raya 106 itu mampu menggerakkan anak bangsa Indonesia untuk mengedepankan persatuan dan kesatuan bangsa. Perjuangan melawan penjajah kolonial yang sebelumnya berotientasi kedaerahan menjadi fokus ke satu arah yang sama, yaitu memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sejak itu semua hanya berbicara atas nama satu identitas diri, satu nusa dan satu bangsa, yaitu Indonesia. Bahasa yang dipergunakan dalam pergaulan pun menggunakan bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia.
Itulah salah satu sumbangsih besar para pemuda masa lalu demi tanah air yang bernama Indonesia. Sumbangsih yang tidak ternilai maknanya. Sumpah Pemuda mampu memberikan kontribusi yang besar bagi bangsa Indonesia dulu hingga sekarang, bahkan bukan mustahil sampai nanti ke depan selama negara yang bernama Indonesia masih berdiri.

Pemuda di Era Globalisasi

Masa sekarang dikenal sebagai era globalisasi. Konsep globalisasi dapat dengan mudah dipahami melalui pemenggalan kata ‘global’ dan ‘sasi’. Kata ‘global’ merujuk pada lintas batas dan kata ‘sasi’ merujuk pada perubahan / proses menjadi. Globalisasi adalah proses integrasi atau penyatuan ke ruang lingkup dunia. Untuk mempermudah mengingat, globalisasi dapat diartikan secara singkat sebagai proses perubahan sosial pada skala lintas batas atau skala mendunia.

Ciri khas dari era globalisasi, yaitu semakin kaburnya batas-batas geografis antar negara. Kemajuan teknologi dan transportasi, membuat hubungan yang bersifat global atau mendunia yang meliputi semua hubungan yang terjadi melampaui batas-batas geografis dan ketatanegaraan. Apa yang terjadi di satu negara dapat dengan mudah diakses dan ditetahui di negara lain. Budaya yang berkembang di satu belahan bumi, bisa dengan mudah masuk dan dinikmati oleh masyarakat di belahan bumi lainnya. Boleh dikatakan di era ini sudah tidak ada lagi rahasia yang bisa disembunyikan.

Dilihat dari sejarahnya istilah globalisasi muncul sekira dua puluh tahun yang lalu. Globalisasi populer sebagai ideologi baru sekitar lima atau sepuluh tahun terakhir. Dalam rentang tersebut perkembangan globalisasi begitu cepat. Banyak faktor yang mendorong terjadinya globalisasi, yang paling utama adalah perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat.

Globalisasi menyentuh seluruh aspek penting kehidupan. Bidang ekonomi, politik, serta sosial budaya semua mendapat sentuhan globalisasi. Pada aspek ekonomi, globalisasi mengacu pada perubahan yang terjadi pada mekanisme pertukaran barang dan jasa secara lintas batas. Di bidang politik jika sebelumnya kebijakan politik hanya mencakup skala nasional, era globalisasi mendorong terintegrasinya kebijakan-kebijakan politik di berbagai negara dan memungkinan terciptanya bentuk-bentuk kerja sama politik antar negara. Sedangkan di bidang sosial budaya konsep globalisasi merujuk pada proses terintegrasinya gagasan, nilai, norma, perilaku serta cara hidup sosial kemasyarakatan. Dalam hal ini, sebagian besar individu dibentuk oleh pengaruh masyarakat dunia.

Hadirnya globalisasi tentunya menjadi tantangan tersendiri. Di balik dampak positif yang ditimbulkan, globalisasi juga melahirkan aneka dampak negatif. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi semua anak bangsa, tidak terkecuali generasi muda. Di era globalisasi ini generasi muda mendapat tantangan yang luar biasa. Tantangan yang jauh lebih berat bila dibandingkan dengan para pendahulunya. Kalau dulu tantangannya bagaimana melepaskan diri dari belenggu penjajahan dan menyatukan segala perbedaan yang ada hingga terbentuknya satu Negara Kesatuan Republik Indonesia yang utuh. Sekarang justru berbalik bagaimana kita mempertahankan kemerdekaan yang sudah diraih dan mampu menghindar dari dampak negatif globalisasi yang mendorong pada lepasnya ikatan persatuan yang sudah terjalin.

Dengan maraknya globalisasi generasi muda ditantang untuk memiliki kompetensi yang mumpuni. Kompetensi ini dibutuhkan agar mampu bersaing dalam gelombang persaingan di era globalisasi. Hanya orang-orang yang memiliki kualitas kompetensi yang baik yang akan mampu bersaing, sedangkan yang tidak berkualitas dengan sendirinya akan tersingkir dan tergilas gelombang globalisasi.

Di lain pihak derasnya arus globaliasasi juga telah mendorong mudahnya budaya luar untuk masuk dalam kehidupan bangsa kita, khususnya kehidupan generasi muda. Konsep globalisasi yang merujuk pada proses terintegrasinya gagasan, nilai, norma, perilaku serta cara hidup sosial kemasyarakatan. Telah mendorong aneka budaya luar dapat bersinggungan langsung dengan kehidupan generasi muda Indonesia. Budaya yang belum tentu sesuai dengan budaya bangsa Indonesia. Dalam situasi seperti ini benturan budaya seringkali terjadi, antara nilai-nilai lokal yang sudah ada dengan nilai-nilai dari luar yang masuk. Dalam menghadapi kondisi ini generasi muda dituntut untuk bisa bersikap dengan baik dan memiliki filter atau daya penyaring yang kuat agar tetap mampu mempertahankan eksistensi jati diri sebagai anak bangsa Indonesia.

Generasi muda yang tidak memiliki kemampuan untuk memfilter diri dari serangan budaya luar bukan mustahil akan kehilangan jati dirinya. Kehidupannya akan banyak meniru dan mencontoh segala nilai yang masuk dari luar. Penampilan, gaya hidup, tutur kata, pola prilaku yang seringkali tidak mencerminkan sebagai pemuda Indonesia. Kalau ini terjadi maka dia akan kehilangan jati dirinya sebagai bangsa Indonesia. Kalau jati diri sudah terserabut dari diri setiap generasi muda Indonesia, maka tinggal menunggu waktu kapan negri yang namanya Indonesia akan hancur lebur tergilas mesin perang peradaban dari negara lain.

Bagi generasi muda yang memiliki kualitas kompetensi yang baik, juga didorong oleh karakter yang baik pastinya akan menjadi penyelamat eksistensi bangsa ini. Di tangan generasi muda seperti inilah nasib bangsa ditentukan. Di genggaman mereka pula lah jati diri bangsa akan tetap terlindungi.

Satu yang pasti bagi generasi muda yang hidup di era globalisasi wajib memiliki tiga hal yang utama. Pertama, karakter yang baik. Dengan karakter yang baik sederas apapun budaya luar yang masuk ke negeri ini takkan mampu menggoyahkan keyakinan generasi muda akan jati dirinya bahkan akan mampu memenangkan peperangan di era perang peradaban (Civilization wars) saat ini. Kedua, kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mumpuni juga memiliki tingkat literasi yang tinggi. Dengan bekal penguasaan IPTEK dan literasi yang baik dan mumpuni generasi muda akan mampu bersaing di tataran global. Mereka tidak akan mampu dijajah kembali di era global. Ketiga, memiki kompetensi 4C (Critical thinking, Creatifity, comunication, dan colaboratian). Kompetensi 4C ini menjadi modal penting di era global ini.

Harapan besar akan masa depan bangsa agar mampu tetap eksis dan memenangakan peperanagn di era globalisasi ada di tangan para pemuda. Kalau pemuda dulu mampu berkontribusi besar untuk bangsa melalui karya Sumpah Pemuda dan perjuangannya. Saat ini generasi muda ditantang untuk mampu berkontribusi di era globalisasi ini. Kontribusi besar untuk memenangkan perang era baru, yaitu perang peradaban. Menang dalam perang artinya NKRI akan tetap utuh, jika kalah  maka sebaliknya, NKRI hanya akan menjadi satu kenangan sejarah. (Enang Cuhendi )

 

Untuk memahami materi tentang globalisasi silakan tonton video di link youtube Romulus Chanel berikut ini  

https://youtu.be/N_AT5t1Hqmo  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KOLOM kOMENTAR

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.