Senin, 02 November 2020

Modern Yes, Western No!

oleh Enang Cuhendi


 Seperti yang kita ketahui saat ini dikenal dengan era modernisasi. Sebuah era yang berkembang di awal millenium. Modernisasi artinya proses perubahan keadaan dari cara-cara tradisional ke cara-cara yang lebih baru dengan harapan dapat meningkatkan taraf kehidupan masyarakat. Soerjono Soekanto, seorang ahli Sosiologi dalam bukunya Sosiologi Suatu Pengantar (1990: 384) mendefinisikan modernisasi sebagai bentuk perubahan sosial yang terarah (directed change) dan terencana (planned change), biasa disebut juga social planning.

Era modern ditandai dengan munculnya inovasi-inovasi di bidang teknologi informasi dan telekomunikasi (Information Telecomunication Technology/ICT) yang berdampak kepada semakin cepatnya laju perkembangan zaman. Perkembangan ICT menduduki peringkat pertama dalam rangka ikut membawa perubahan pada keadaan sosial masyarakat di dunia. Pengaruh perubahan teknologi juga semakin dapat dirasakan oleh para penduduk baik di perkotaan maupun perkampungan.

Modernisasi muncul ditandai juga dengan mulai merebaknya sistem globalisasi. Dengan sistem globalisasi ini setiap negara atau individu mulai saling bekerjasama dan meniadakan sekat atau batas ruang geografis. Dengan berkembangnya ICT jarak antar individu menjadi semakin hilang. Perkembangan smartphone atau telepon pintar dengan segudang fitur dan aplikasinya telah mengubah pola hidup manusia. Salah satunya terkait sistem pembelian atau bertransaksi dari cara manual menjadi full elektronik. Iming-iming kemudahan dan kecepatan menjadikan banyak orang beralih dari sistem jual beli tradisional menjadi sistem online. Fenomena tempat belanja on line (ollshop) ataupun ojek online telah merubah paradigma kita terhadap pasar atau ojek tradisional di mana perbedaan keduanya sangat jelas terlihat.

Hampir sebagian besar masyarakat Indonesia menyambut baik akan adanya perkembangan teknologi di era globalisasi ini.  Sambutan baik terhadap perkembangan era globalisasi ini terbukti dengan adanya perilaku masyarakat yang mulai berubah. Salah satunya sangat suka menggunakan peralatan yang berteknologi tinggi. Tidak hanya masyarakat perkotaan, tetapi juga masayarakat pedesaan. Meskipun tidak sedikit masyarakat yang masih kesulitan dengan perkembangan teknologi yang serba canggih saat ini.

Modernisasi memang memiliki dampak positif dalam kehidupan masyarakat. Modernisasi mampu mendorong timbulnya perubahan tata nilai dan sikap di masyarakat yang terbukti dari adanya perubahan pola berpikir dari irasional kearah rasional. Kemudian dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, masyarakat lebih mudah beraktivitas dan mendorong untuk berpikir maju. Dengan segala kemajuan yang dicapainya modernisasi menimbulkan tingkat kehidupan yang lebih baik, dan penghidupan masyarakat menjadi jauh lebih baik dari waktu ke waktu.

Selain dampak positif, modernisasi juga menimbulkan dampak negatif yang harus dihindari dalam kehidupan. Modernisasi dapat mendorong timbulnya kesenjangan sosial. Hal ini dapat dilihat dengan adanya fenomena timbulnya kelompok sosial, seperti: kelompok asongan, pengangguran, pedagang kaki lima, dan sebagainya. Selain itu, modernisasi juga semakin memperkuat jurang pemisah antara yang berpendidikan dengan yang tidak, dan yang kaya dengan yang miskin. Modernisasi juga mendorong timbulnya budaya konsumtif di masyarakat, budaya demonstration effect (suka pamer), dan sebagainya. Di bidang sosial modernisasi dapat menyebabkan berubahnya tatanan sosial dalam masyarakat. Timbulnya kriminalitas, dikarenakan adanya keinginan setiap orang untuk mengungguli orang lain, yang dilakukan berbagai macam cara, termasuk cara kriminal. Di sisi lain perkembangan industri modern mendorong timbulnya pencemaran lingkungan alam, dengan adanya pembangunan macam pabrik industri, maka tidak dapat terhindarkan lagi pencemaran lingkungan di sekitar lingkungan pabrik tersebut yang merupakan hasil pengolahan barang industri.

Dalam kehidupan di masyarakat tidak semua orang bisa disebut orang modern. Menurut Soerjono Soekanto (1982), seseoran dikatakan modern apabila memiliki ciri-ciri: (1) memiliki kepekaan terhadap masalah yang terjadi di sekitarnya dan mempunyai kesadaran bahwa masalah tersebut berhubungan dengan dirinya; (2) selalu siap untuk menerima perubahan setelah ia menilai kekurangan yang dihadapinya saat itu; (3) senantiasa harus menyadari potensi yang ada pada dirinya dan yakin bahwa potensi tersebut akan dapat dikembangkan; (4) manusia modern adalah manusia yang peka perencanaan; (5) tidak pasrah pada nasib. (6) selalu mempunyai informasi yang lengkap mengenai pendiriannya; (7) cenderung berorientasi ke masa kini dan masa mendatang (yang merupakan suatu ‘sequence‘); (8) menyadari dan menghormati hak dan kewajiban serta kehormatan pihak lain; (9) bersikap terbuka terhadap pengalaman maupun penemuan baru. Tidak ada sikap apriori (prasangka); dan (10) percaya pada keampuhan IPTEK, di dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia.

Dari kesepuluh ciri-ciri manusia di atas tidak ada satu pun bernada negatif. Ternyata yang disebut manusia modern itu bukan manusia yang meninggalkan ajaran agama demi kepentingan dunia, terbiasa minum-minuman keras dan narkoba, merokok sejak kecil, bersikap sebebas-bebasnya tanpa memperdulikan aturan yang ada, bergaul bebas tanpa mengindahkan norma yang ada, sex bebas, berpakaian terbuka tanpa menutup aurat, sombong, individualis, mementingkan diri sendiri, menggagungkan hedonisme dan sekulerisme.  Seabreg ciri yang disebutkan tadi bukan ciri orang modern, tapi justru western, atau kebarat-baratan atau meniru gaya hidup orang Barat.

Hati-hati jangan tertukar merasa diri modern padahal western. Orang modern cenderung positif, tapi western cenderung negatif karena banyak bertentangan dengan nilai agama dan budaya kita. Sejatinya generasi muda harus memiliki gaya hidup modern, bukan justru jadi western. Gaya hidup western selain tidak cocok dengan budaya kita juga banyak bertentangan dengan nilai agama. Sikap hidup modern tanpa meninggalkan agama dan budaya positif dari bangsa sendiri akan membawa kita pada kemajuan dan kebahagian hidup, sedangkan gaya hidup western justru hanya akan membawa diri pada kehancuran, baik dunia maupun akhirat. Contoh gaya hidup western salah satunya seperti yang dianut oleh anak-anak funk, kaum hedonis, remaja putri yang berpakain minim, para penganut sex bebas dan pecandu alkohol dan narkoba.

Kunci utama agar kita tidak tergelincir pada westernisasi, adalah perkuat iman, ilmu dan pemahaman budaya dan karakter bangsa sendiri. Dengan nilai keimanan yang baik, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknilogi yang tinggi, memahami nilai budaya bangsa serta memiliki karakater diri yang baik kita tidak akan mudah tergoyahkan untuk tergelincir pada westernisasi. Prinsipnya kita hidup di era modern, tetapi hidup kita tetap harus membumi sebagai anak bangsa Indonesia. Kita putra Indonesia bukan bagian dari bangsa dan budaya Barat. Tanamkan selalu dalam diri, “Modern Yes, but Western No!”



 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KOLOM kOMENTAR

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.