oleh Enang Cuhendi
Seperti yang kita ketahui saat ini dikenal dengan era modernisasi. Sebuah era yang berkembang di awal millenium. Modernisasi artinya proses perubahan keadaan dari cara-cara tradisional ke cara-cara yang lebih baru dengan harapan dapat meningkatkan taraf kehidupan masyarakat. Soerjono Soekanto, seorang ahli Sosiologi dalam bukunya Sosiologi Suatu Pengantar (1990: 384) mendefinisikan modernisasi sebagai bentuk perubahan sosial yang terarah (directed change) dan terencana (planned change), biasa disebut juga social planning.
Era modern ditandai dengan munculnya
inovasi-inovasi di bidang teknologi
informasi dan telekomunikasi
(Information Telecomunication Technology/ICT) yang berdampak kepada
semakin cepatnya laju perkembangan zaman. Perkembangan ICT menduduki
peringkat pertama dalam rangka ikut membawa perubahan pada keadaan sosial
masyarakat di dunia. Pengaruh perubahan teknologi juga semakin
dapat dirasakan oleh para penduduk baik di perkotaan maupun perkampungan.
Modernisasi muncul
ditandai juga dengan mulai merebaknya sistem globalisasi. Dengan sistem
globalisasi ini setiap
negara atau individu mulai saling bekerjasama dan meniadakan sekat atau batas ruang geografis.
Dengan berkembangnya ICT jarak antar individu menjadi
semakin hilang. Perkembangan
smartphone atau telepon pintar dengan segudang
fitur dan aplikasinya telah mengubah pola
hidup manusia. Salah satunya terkait sistem pembelian atau bertransaksi dari cara manual menjadi full elektronik. Iming-iming
kemudahan dan kecepatan menjadikan banyak orang beralih
dari sistem jual beli tradisional menjadi sistem online. Fenomena tempat
belanja on line (ollshop) ataupun ojek online
telah merubah paradigma kita terhadap pasar atau ojek tradisional di mana
perbedaan keduanya sangat jelas terlihat.
Hampir sebagian
besar masyarakat Indonesia menyambut baik akan adanya perkembangan teknologi di
era globalisasi ini. Sambutan baik
terhadap perkembangan era globalisasi ini terbukti dengan adanya perilaku masyarakat yang mulai berubah. Salah satunya sangat suka
menggunakan peralatan yang berteknologi tinggi. Tidak hanya masyarakat perkotaan, tetapi juga masayarakat pedesaan.
Meskipun
tidak sedikit masyarakat yang masih kesulitan
dengan perkembangan teknologi yang serba canggih
saat ini.
Modernisasi memang memiliki dampak positif dalam kehidupan
masyarakat. Modernisasi mampu mendorong timbulnya perubahan tata nilai dan
sikap di masyarakat yang terbukti dari adanya perubahan pola berpikir dari
irasional kearah rasional. Kemudian dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi, masyarakat lebih mudah beraktivitas dan mendorong untuk berpikir
maju. Dengan segala kemajuan yang dicapainya modernisasi menimbulkan tingkat
kehidupan yang lebih baik, dan penghidupan masyarakat menjadi jauh lebih baik
dari waktu ke waktu.
Selain dampak positif, modernisasi juga menimbulkan dampak
negatif yang harus dihindari dalam kehidupan. Modernisasi dapat mendorong timbulnya
kesenjangan sosial. Hal ini dapat dilihat dengan adanya fenomena timbulnya
kelompok sosial, seperti: kelompok asongan, pengangguran, pedagang kaki lima,
dan sebagainya. Selain itu, modernisasi juga semakin memperkuat jurang pemisah
antara yang berpendidikan dengan yang tidak, dan yang kaya dengan yang miskin.
Modernisasi juga mendorong timbulnya budaya konsumtif di masyarakat, budaya demonstration
effect (suka pamer), dan sebagainya. Di bidang sosial modernisasi dapat
menyebabkan berubahnya tatanan sosial dalam masyarakat. Timbulnya kriminalitas,
dikarenakan adanya keinginan setiap orang untuk mengungguli orang lain, yang
dilakukan berbagai macam cara, termasuk cara kriminal. Di sisi lain
perkembangan industri modern mendorong timbulnya pencemaran lingkungan alam,
dengan adanya pembangunan macam pabrik industri, maka tidak dapat terhindarkan
lagi pencemaran lingkungan di sekitar lingkungan pabrik tersebut yang merupakan
hasil pengolahan barang industri.
Dalam kehidupan di masyarakat tidak semua orang bisa
disebut orang modern. Menurut Soerjono Soekanto (1982), seseoran dikatakan
modern apabila memiliki ciri-ciri: (1) memiliki kepekaan terhadap masalah yang
terjadi di sekitarnya dan mempunyai kesadaran bahwa masalah tersebut
berhubungan dengan dirinya; (2) selalu siap untuk menerima perubahan setelah ia
menilai kekurangan yang dihadapinya saat itu; (3) senantiasa harus menyadari
potensi yang ada pada dirinya dan yakin bahwa potensi tersebut akan dapat
dikembangkan; (4) manusia modern adalah manusia yang peka perencanaan; (5) tidak
pasrah pada nasib. (6) selalu mempunyai informasi yang lengkap mengenai
pendiriannya; (7) cenderung berorientasi ke masa kini dan masa mendatang (yang
merupakan suatu ‘sequence‘); (8) menyadari dan menghormati hak dan
kewajiban serta kehormatan pihak lain; (9) bersikap terbuka terhadap pengalaman
maupun penemuan baru. Tidak ada sikap apriori (prasangka); dan (10) percaya
pada keampuhan IPTEK, di dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia.
Dari kesepuluh ciri-ciri manusia di atas tidak ada
satu pun bernada negatif. Ternyata yang disebut manusia modern itu bukan manusia
yang meninggalkan ajaran agama demi kepentingan dunia, terbiasa minum-minuman
keras dan narkoba, merokok sejak kecil, bersikap sebebas-bebasnya tanpa
memperdulikan aturan yang ada, bergaul bebas tanpa mengindahkan norma yang ada,
sex bebas, berpakaian terbuka tanpa menutup aurat, sombong, individualis,
mementingkan diri sendiri, menggagungkan hedonisme dan sekulerisme. Seabreg ciri yang disebutkan tadi bukan ciri
orang modern, tapi justru western, atau kebarat-baratan atau meniru gaya
hidup orang Barat.
Hati-hati jangan tertukar merasa diri modern padahal
western. Orang modern cenderung positif, tapi western cenderung negatif karena
banyak bertentangan dengan nilai agama dan budaya kita. Sejatinya generasi muda
harus memiliki gaya hidup modern, bukan justru jadi western. Gaya hidup western
selain tidak cocok dengan budaya kita juga banyak bertentangan dengan nilai
agama. Sikap hidup modern tanpa meninggalkan agama dan budaya positif dari bangsa
sendiri akan membawa kita pada kemajuan dan kebahagian hidup, sedangkan gaya hidup
western justru hanya akan membawa diri pada kehancuran, baik dunia maupun
akhirat. Contoh gaya hidup western salah satunya seperti yang dianut oleh
anak-anak funk, kaum hedonis, remaja putri yang berpakain minim, para
penganut sex bebas dan pecandu alkohol dan narkoba.
Kunci utama agar kita tidak tergelincir pada
westernisasi, adalah perkuat iman, ilmu dan pemahaman budaya dan karakter
bangsa sendiri. Dengan nilai keimanan yang baik, penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknilogi yang tinggi, memahami nilai budaya bangsa serta memiliki karakater diri
yang baik kita tidak akan mudah tergoyahkan untuk tergelincir pada westernisasi.
Prinsipnya kita hidup di era modern, tetapi hidup kita tetap harus membumi
sebagai anak bangsa Indonesia. Kita putra Indonesia bukan bagian dari bangsa
dan budaya Barat. Tanamkan selalu dalam diri, “Modern Yes, but Western No!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
KOLOM kOMENTAR
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.