Selasa, 03 November 2020

ILMU DAN IMAN DAPAT MENINGKATKAN MOBILITAS SOSIAL

Oleh Enang Cuhendi

 “... Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan.”

(QS.Al-Mujadilah, 58: 11)

 Demikian Al Qur'an memberikan gambaran tentang keutamaan orang-orang yang beriman dan berilmu. Mereka mendapat tempat yang spesial di sisi Allah. Dalam keseharian kita sering melihat orang yang memiliki tingkat keimanan dan berilmu tinggi mendapat tempat yang terhormat juga di masayarakat. Lihat bagaimana terhormatnya kehidupan para rasul, nabi, para sahabat nabi, wali allah, ulama, dan ustadz dalam kehidupan masyarakat Islam. Walaupum mungkin pada awalnya mereka hanya masyarakat kecil biasa yang hidup serba kekurangan.

Demikian pula bagaimana penghargaan masyarakat intelektual terharap para profesor dan ilmuwan, mereka sama ditempatkan lebih tinggi dari kaum terpelajar lainnya. Bahkan ada yang sampai menjadi pejabat tinggi negara. Padahal ada banyak di antara profesor atau ilmuwan itu pada mulanya hanya masyarakat biasa, bahkan tidak jarang saat kecilnya ada yang sampai menjadi objek hinaan orang lain karena kemiskinan yang dideritanya.

Itulah bukti bahwa Allah SWT akan meninggikan derajat orang yang beriman dan berilmu. Walaupun asalnya mereka dari lapisan terbawah.

Dalam konteks sosiologi perubahan hidup seperti yang digambarkan di atas disebut mobilitas sosial. Mobilitas sosial adalah perpindahan posisi atau kedudukan seseorang atau kelompok orang dari satu lapisan ke lapisan lainnya. Mobilitas sendiri berasal dari bahasa Latin, yaitu mobilis, yang berarti mudah untuk dipindahkan atau banyak bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Sedangkan kata sosial dalam mobilitas sosial mengandung makna individu atau kelompok masyarakat dalam kelompok sosial. Mobilitas sosial sering disebut pula sebagai gerak sosial. 

Tipe mobilitas sosial terbagi menjadi dua, yaitu mobilitas sosial vertikal dan mobilitas sosial horizontal. Mobilitas vertikal adalah perpindahan status sosial yang dimiliki seseorang atau kelompok ke status sosial lain yang tidak sederajat dari sebelumnya. Mobilitas vertikal yang dibedakan menjadi mobilitas sosial vertikal ke atas dan mobilitas sosial vertikal ke bawah. Maksudnya, perpindahan status sosial yang terjadi bisa menjadi lebih tinggi (naik) maupun lebih rendah (turun). Mobilitas horizontal adalah perpindahan status sosial yang dialami seseorang atau kelompok tidak akan mengubah derajat sosialnya atau akan tetap sejajar seperti sebelumnya.

Pernahkah kamu mendengar ada berita yang cukup viral di Indonesia mengenai kisah perempuan berprestasi bernama Raeni dan Herayati, dua sosok gadis yang merupakan anak tukang becak? Raeni yang bukan berasal dari keluarga berada dan terpandang di Semarang berhasil dikenal orang sebagai wisudawan terbaik di Universitas Negeri Semarang dengan IPK 3.96. Tak selesai di situ, ia kemudian melanjutkan studi S2 dan S3 melalui beasiswa LPDP di Universitas Birmingham di Inggris. Kemudian ada Herayati asal Cilegon yang juga anak tukang becak, tapi bisa lulus S2 dalam 10 bulan dan menjadi dosen kimia di ITB dalam usia sangat muda, 22 tahun.

Contoh lain yang fenomenal adalah Soeharto, anak seorang petani miskin dari Dusun Kemusuk di Kabupaten Gunung Kidul Yogjakarta, yang berhasil menjadi presiden RI selama 32 tahun. Kemudian Susilo Bambang Yudhoyono, anak dari keluarga sederhana yang mampu menjadi jenderal dan presiden RI selama dua periode dengan gelar Doktor.  Contoh lain presiden RI saat ini, Joko Widodo yang dulunya pengusaha meubeul dari keluarga biasa saja. Itu semua adalah contoh mobilitas vertikal ke atas.

Bagaimana dengan mobilitas vertikal ke bawah atau menurun?  Kalian pasti pernah mendengar berita ada seorang pengusaha besar yang kemudian menjabat ketua DPR RI, Setya Novanto. Karena tersandung masalah korupsi e-KTP hidupnya harus parkir sementara di penjara. Karena kasus korupsinya tersebut Setya Novanto dijatuhi hukuman 15 tahun penjara, denda 500 juta serta dicabut hak politiknya selama lima tahun oleh pengadilan. Hal yang dialami Setya Novanto dapat kita sebut sebagai mobilitas sosial vertikal ke bawah/turun. Dalam hal ini, Setya Novanto telah berpindah posisi sosial menjadi lebih rendah dibandingkan keadaannya sebelumnya. Ia yang sebelumnya memiliki jabatan terhormat sebagai ketua DPR menjadi narapidana korupsi yang hina dan dibenci rakyat.

Terkait dengan mobilitas sosial vertikal, ada juga yang disebut sebagai mobilitas intragenerasi dan mobilitas antargenerasi. Mobilitas intragenerasi adalah perpindahan posisi sosial seseorang yang terjadi dalam satu lingkup generasi. Jadi, dampak dari perpindahan posisi yang terjadi hanya dirasakan oleh individu itu sendiri. Contohnya, kalian yang dulu kelas VII naik menjadi kelas VIII SMP. Ini berarti kalian telah melakukan mobilitas intragenerasi naik. Sebaliknya teman kalian yang nilaidan prilakunya jelek tidak naik kelas, dalam hal ini ia telah melakukan mobilitas intragenerasi turun.

Sedangkan mobilitas antargenerasi adalah perpindahan posisi sosial seseorang yang memiliki dampak lintas generasi. Jadi dengan kata lain, perpindahan posisi sosial seseorang berpengaruh besar dalam menaikkan atau menurunkan posisi sosial orang lain yang berbeda generasi. Kisah Raeni dan Herayati yang berhasil menjadi dosen dan meningkatkan derajat keluarganya meskipun ayahnya berprofesi sebagai tukang becak merupakan contoh mobilitas antargenerasi naik. Sedangkan dalam kasus Setya Novanto, keluarga dan anak dari Setya Novanto yang sebelumnya dipandang terhormat oleh masyarakat berubah status sosialnya menjadi lebih rendah dimata masyarakat luas. Ini merupakan contoh mobilitas antargenerasi turun.

Bagaimana dengan mobilitas horisontal? Dalam mobilitas horizontal, perpindahan posisi sosial individu bersifat sejajar seperti pada posisi sosial sebelumnya, tidak menjadi lebih tinggi ataupun lebih rendah. Sebagai contoh, seorang guru SMP pindah tugas dari Kabupaten Garut ke Kota Bandung. Guru tersebut tergolong mengalami mobilitas sosial horizontal karena ia hanya berpindah tempat kerja namun tidak berpindah posisi sosial. Ia tidak mengalami perubahan jabatan menjadi lebih tinggi atau rendah dibandingkan sebelumnya

Bagaimana agar kalian sebagai pelajar bisa mengalami mobilitas vertikal naik? Salah satu caranya, yaitu dengan belajar yang rajin, kuasai ilmu pengetahuan dan teknologi sebanyak-banyaknya, sekolah yang tinggi dan jadilah orang yang beriman, Karena hanya dengan penguasaan ilmu dan keimanan yang tinggi kita akan dinaikan derajat beberapa tingkat. Ingat kembali firman Allah SWT dalam Quran Surat Al- Mujadilah ayat 11 di atas. Berlombalah untuk meraih posisi terhormat, jangan lupa kalau sudah ada di posisi teratas jangan pernah sombong dan harus selalu bersyukur, biar tidak mengalami mobilitas vertikal turun karena allah SWT tidak suka pada orang yang sombong dan tidak bersyukur.

 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KOLOM kOMENTAR

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.