Oleh Enang Cuhendi
“... Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan.”
(QS.Al-Mujadilah, 58: 11)
Demikian Al Qur'an memberikan gambaran tentang keutamaan orang-orang yang beriman dan berilmu. Mereka mendapat tempat yang spesial di sisi Allah. Dalam keseharian kita sering melihat orang yang memiliki tingkat keimanan dan berilmu tinggi mendapat tempat yang terhormat juga di masayarakat. Lihat bagaimana terhormatnya kehidupan para rasul, nabi, para sahabat nabi, wali allah, ulama, dan ustadz dalam kehidupan masyarakat Islam. Walaupum mungkin pada awalnya mereka hanya masyarakat kecil biasa yang hidup serba kekurangan.
Demikian pula
bagaimana penghargaan masyarakat intelektual terharap para profesor dan
ilmuwan, mereka sama ditempatkan lebih tinggi dari kaum terpelajar lainnya. Bahkan
ada yang sampai menjadi pejabat tinggi negara. Padahal ada banyak di antara
profesor atau ilmuwan itu pada mulanya hanya masyarakat biasa, bahkan tidak
jarang saat kecilnya ada yang sampai menjadi objek hinaan orang lain karena
kemiskinan yang dideritanya.
Itulah bukti bahwa
Allah SWT akan meninggikan derajat orang yang beriman dan berilmu. Walaupun
asalnya mereka dari lapisan terbawah.
Dalam konteks
sosiologi perubahan hidup seperti yang digambarkan di atas disebut mobilitas
sosial. Mobilitas sosial adalah perpindahan posisi atau kedudukan seseorang
atau kelompok orang dari satu lapisan ke lapisan lainnya. Mobilitas sendiri
berasal dari bahasa Latin, yaitu mobilis, yang berarti mudah untuk
dipindahkan atau banyak bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Sedangkan kata
sosial dalam mobilitas sosial mengandung makna individu atau kelompok
masyarakat dalam kelompok sosial. Mobilitas sosial sering disebut pula sebagai
gerak sosial.
Tipe mobilitas
sosial terbagi menjadi dua, yaitu mobilitas sosial vertikal dan mobilitas
sosial horizontal. Mobilitas vertikal adalah perpindahan
status sosial yang dimiliki seseorang atau kelompok ke status sosial lain yang
tidak sederajat dari sebelumnya. Mobilitas vertikal yang dibedakan menjadi
mobilitas sosial vertikal ke atas dan mobilitas sosial vertikal ke bawah.
Maksudnya, perpindahan status sosial yang terjadi bisa menjadi lebih tinggi
(naik) maupun lebih rendah (turun). Mobilitas
horizontal adalah perpindahan
status sosial yang dialami seseorang atau kelompok tidak akan mengubah derajat
sosialnya atau akan tetap sejajar seperti sebelumnya.
Pernahkah kamu
mendengar ada berita yang cukup viral di Indonesia mengenai kisah perempuan
berprestasi bernama Raeni dan Herayati, dua sosok gadis yang merupakan anak
tukang becak? Raeni yang bukan berasal dari keluarga berada dan terpandang di
Semarang berhasil dikenal orang sebagai wisudawan terbaik di Universitas Negeri
Semarang dengan IPK 3.96. Tak selesai di situ, ia kemudian melanjutkan studi S2
dan S3 melalui beasiswa LPDP di Universitas Birmingham di Inggris. Kemudian ada
Herayati asal Cilegon yang juga anak tukang becak, tapi bisa lulus S2 dalam 10
bulan dan menjadi dosen kimia di ITB dalam usia sangat muda, 22 tahun.
Contoh lain yang
fenomenal adalah Soeharto, anak seorang petani miskin dari Dusun Kemusuk di
Kabupaten Gunung Kidul Yogjakarta, yang berhasil menjadi presiden RI selama 32
tahun. Kemudian Susilo Bambang Yudhoyono, anak dari keluarga sederhana yang
mampu menjadi jenderal dan presiden RI selama dua periode dengan gelar Doktor. Contoh lain presiden RI saat ini, Joko Widodo
yang dulunya pengusaha meubeul dari keluarga biasa saja. Itu semua adalah
contoh mobilitas vertikal ke atas.
Bagaimana dengan mobilitas
vertikal ke bawah atau menurun? Kalian
pasti pernah mendengar berita ada seorang pengusaha besar yang kemudian menjabat
ketua DPR RI, Setya Novanto. Karena tersandung masalah korupsi e-KTP hidupnya
harus parkir sementara di penjara. Karena kasus korupsinya tersebut Setya
Novanto dijatuhi hukuman 15 tahun penjara, denda 500 juta serta dicabut hak
politiknya selama lima tahun oleh pengadilan. Hal yang dialami Setya Novanto
dapat kita sebut sebagai mobilitas sosial vertikal ke bawah/turun. Dalam hal
ini, Setya Novanto telah berpindah posisi sosial menjadi lebih rendah
dibandingkan keadaannya sebelumnya. Ia yang sebelumnya memiliki jabatan terhormat
sebagai ketua DPR menjadi narapidana korupsi yang hina dan dibenci rakyat.
Terkait dengan
mobilitas sosial vertikal, ada juga yang disebut sebagai mobilitas
intragenerasi dan mobilitas antargenerasi. Mobilitas intragenerasi adalah
perpindahan posisi sosial seseorang yang terjadi dalam satu lingkup generasi.
Jadi, dampak dari perpindahan posisi yang terjadi hanya dirasakan oleh individu
itu sendiri. Contohnya, kalian yang dulu kelas VII naik menjadi kelas VIII SMP.
Ini berarti kalian telah melakukan mobilitas intragenerasi naik. Sebaliknya teman
kalian yang nilaidan prilakunya jelek tidak naik kelas, dalam hal ini ia telah
melakukan mobilitas intragenerasi turun.
Sedangkan
mobilitas antargenerasi adalah perpindahan posisi sosial seseorang yang
memiliki dampak lintas generasi. Jadi dengan kata lain, perpindahan posisi
sosial seseorang berpengaruh besar dalam menaikkan atau menurunkan posisi
sosial orang lain yang berbeda generasi. Kisah Raeni dan Herayati yang berhasil
menjadi dosen dan meningkatkan derajat keluarganya meskipun ayahnya berprofesi
sebagai tukang becak merupakan contoh mobilitas antargenerasi naik. Sedangkan dalam
kasus Setya Novanto, keluarga dan anak dari Setya Novanto yang sebelumnya
dipandang terhormat oleh masyarakat berubah status sosialnya menjadi lebih
rendah dimata masyarakat luas. Ini merupakan contoh mobilitas antargenerasi
turun.
Bagaimana dengan
mobilitas horisontal? Dalam mobilitas horizontal, perpindahan posisi sosial
individu bersifat sejajar seperti pada posisi sosial sebelumnya, tidak menjadi
lebih tinggi ataupun lebih rendah. Sebagai contoh, seorang guru SMP pindah
tugas dari Kabupaten Garut ke Kota Bandung. Guru tersebut tergolong mengalami
mobilitas sosial horizontal karena ia hanya berpindah tempat kerja namun tidak berpindah
posisi sosial. Ia tidak mengalami perubahan jabatan menjadi lebih tinggi atau
rendah dibandingkan sebelumnya
Bagaimana agar
kalian sebagai pelajar bisa mengalami mobilitas vertikal naik? Salah satu caranya,
yaitu dengan belajar yang rajin, kuasai ilmu pengetahuan dan teknologi sebanyak-banyaknya,
sekolah yang tinggi dan jadilah orang yang beriman, Karena hanya dengan
penguasaan ilmu dan keimanan yang tinggi kita akan dinaikan derajat beberapa
tingkat. Ingat kembali firman Allah SWT dalam Quran Surat Al- Mujadilah ayat 11
di atas. Berlombalah untuk meraih posisi terhormat, jangan lupa kalau sudah ada
di posisi teratas jangan pernah sombong dan harus selalu bersyukur, biar tidak mengalami
mobilitas vertikal turun karena allah SWT tidak suka pada orang yang sombong
dan tidak bersyukur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
KOLOM kOMENTAR
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.