A. Pengertian ideologi
Dalam keseharian seringkali kita mendengar kata
ideologi. Bahkan sangat lekat dalam diri kita tentang istilah "Ideologi
Pancasila" sebagai ideologi bangsa kita. Keberadaan ideologi dalam satu
kelompok bangsa sangatlah penting. Tanpa
adanya ideologi, suatu bangsa akan rapuh dan perlahan-lahan akan mengalami kehancuran. Ideologi merupakan pandangan dan falsafah hidup dari
suatu bangsa. Selain itu, ideologi merupakan landasan dan tujuan hidup dari
suatu bangsa.
Sebenarnya apa yang dimaksud dengan ideologi itu? Apa
fungsi dan dimensi dari ideologi? Apa pula perbedaan ideologi tradisional dan
ideologi modern? Tulisan ini mencoba
untuk membahas pertanyaan-pertanyaan tersebut walau secara sederhana.
Dilihat dari asal katanya ideologi berasal
dari bahasa Yunani, dari kata ideos atau idein yang artinya gagasan, cita-cita, atau konsep dan logos
adalah logia atau ilmu. Dari perpaduan kata tersebut, ideologi dapat diartikan
sebagai seperangkat ide yang membentuk keyakinan dan paham untuk mewujudkan
cita-cita manusia. ideologi merupakan rumusan alam pikiran yang terdapat diberbagai subyek atau kelompok masyarakat
yang ada, dijadikan dasar untuk direalisasikannya (Kristeva, 2010: 5)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ideologi
merupakan kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat (kejadian)
yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup.
Secara umum, ideologi diartikan sebagai suatu sistem kepercayaan masyarakat yang berbicara bagaimana seharusnya political world berlangsung. Dalam hal ini ideologi berfungsi sebagai pengarah untuk menjalankan program guna mencapai tujuan yang telah dirumuskan (Agung. S, 2016: 4). Sedangkan menurut Syam (2007: 238) ideologi juga merupakan mythos yang menjadi political doctrin (doktrin politik) dan political formula (formula politik).
B. Logika Dasar Ideologi
Ideologi adalah kumpulan ide atau gagasan. Istilah ideologi dalam konteks modern pertama kali digunakan oleh filsuf Prancis
Destutt de Tracy yang pada 1796 menulis tentang Revolusi Prancis. Pada abad
ke-19, ideologi semakin populer. Destutt de Tracy dan rekan-rekannya merancang
sistem pendidikan nasional yang mereka yakini akan mengubah Prancis menjadi
masyarakat yang rasional dan ilmiah. Di mana menggabungkan keyakinan kuat pada
kebebasan individu dengan program perencanaan negara dan pada 1795 menjadi
dokrit resmi Republik Prancis. Napoleon pada awalnya mendukung Destutt de
Tracy, namun kemudian berbalik melawan. Bahkan pada 1812 menyalahkan tentaranya
yang kalah karena pengaruh ideologi tersebut.
Kristeva (2010: 7) menguraikan bahwa ideologi dapat
dianggap sebagai visi yang komprehensif sebagai cara memandang segala sesuatu secara
umum (lihat Ideologi dalam kehidupan sehari hari) dan beberapa arah filosofis
(lihat Ideologi politis), atau sekelompok ide yang diajukan oleh kelas yang
dominan pada seluruh anggota masyarakat. Tujuan utama dibalik ideologi adalah
untuk menawarkan perubahan melalui proses pemikiran normatif. Ideologi adalah
sistem pemikiran abstrak (tidak hanya sekadar pembentukan ide) yang diterapkan
pada masalah publik sehingga membuat konsep ini menjadi inti politik. Secara
implisit setiap pemikiran politik mengikuti sebuah ideologi walaupun tidak diletakkan
sebagai sistem berpikir yang eksplisit. (definisi ideologi Marxisme). Ideologi
sama pentingnya dengan silogisme (baca: logika berfikir yang benar) bagi setiap
proposisi (dalil atau pernyataan) yang kita buat. Ideologi secara etimologis
berarti permulaan. Secara terminologis berarti pemikiran mendasar yang dibangun
diatas pemikiran-pemikiran (cabang). Ideologi adalah pemikiran mendasar dan
patokan asasi tingkah laku. Dari segi logika Ideologi adalah pemahaman mendasar
dan asas setiap peraturan.
C. Proses Kelahiran Ideologi
Tentang bagaimana ideologi lahir, Syam (2007: 240-241)
merinci adanya tiga kemungkinan proses:
1. Ideologi lahir karena diinspirasikan oleh sosok tokoh yang luar biasa, dalam sejarah bangsanya. Ia hadir membawa sekaligus mampu memberikan inspirasi serta pengaruh kuat terhadap orang lain secara luas. Pada keadaan ini, gagasan seseorang yang ‘luar biasa’ itu atas kehendak pelaku dan dukungan pengikut, alam pemikirannya mengenai cita-cita masyarakat yang diperjuangkan dalam gerakan politik diakui dan dirumuskan secara sistematis, telah menjadi ideologi. Ideologi itu lahir dari pemikiran seseorang.
2. Berdasarkan alam pikiran masyarakat, ideologi itu dirumuskan oleh sejumlah orang yang berpegaruh dan merepresentasikan kelompok masyarakat kemudian disepakati sebagai pedoman dalam mengatur kehidupan bermasyarakat dan bernegara, bilaperlu diciptakan mitosmitos untuk mendapatkan pengakuan legal dan kultural dari masyarakat bersangkutan sehingga mereka tunduk dan meyakini.
3. Berdasarkan keyakinan tertentu
yang bersifat universal, ideologi itu lahir dan dibawa oleh orang yang diyakini
sebagai kehendak Tuhan, dengan pesan untuk melakukan pembebasan dan memberikan
bimbingan dalam mengatur kehidupan yang sebenarnya serta konsekuensi moral
dikemudian hari yang akan diterima bila melanggarnya. Ideologi ini syarat
dengan pesan moral yang sesuai dengan nurani serta dasar primordial manusia.
Oleh sebab itu, ideologi yang lahir dari suatu keyakinan Iman dan bersifat universal
akan hidup secara permanen tidak akan goyah dan mati. Biasanya ideologi ini
lahir diinspirasikan oleh spirit agama.
Terlepas
dengan cara apa dan bagaimana suatu ideologi itu lahir, pada dasarnya ideologi
sering disamakan sebagai suatu keyakinan, sebab ia mengandung suatu mitos dan
cita-cita yang harus direalisasikan dan memiliki nilai kebenaran. Bagi
pengikutnya tidak hanya diakui dan diikuti, lebih dari itu dihayati sebagai
sesuatu yang memiliki spirit hidup serta perjuangan dalam menjawab tantangan
yang dirasakan.
Buku
Ebenstein, William, 2014, Isme-isme yang Menguncang Dunia: Komunisme, Fasisme, Kapitalisme, Sosialisme, Yogjakarta, Narasi
Kristeva, Nur Sayyid Santoso, 2010, Sejarah Ideologi Dunia: Kapitalisme, Sosialisme, Komunisme, Fasisme, Anarkisme, Anarkisme Dan Marxisme, Konservatisme, Yogjakarta, Eye on The Revolution Press Institute for Philosophycal and Social Studies (INPHISOS)
Agung S., Leo, 2016, Sejarah Intelektual, Yogjakarta, Penerbit Ombak.
Syam, Firdaus, 2007, Pemikiran Politik Barat; Sejarah, Filsafat, Ideologi dan Pengaruhnya Terhadap Dunia Ketiga, Jakarta, Bumi Aksara,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
KOLOM kOMENTAR
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.