Jumat, 06 November 2020

Mengenal Tokoh Pemikir Yunani Kuno: Socrates

 oleh Enang Cuhendi

Pikiran kuat membicarakan ide, pikiran rata-rata membicarakan peristiwa, pikiran lemah membicarakan orang.” – Socrates

Dalam sejarah Yunani banyak dikenal lahirnya para ahli filsafat dan pemikir besar. Tiga di antara yang terbesar dan paling berpengaruh adalah Socrates, Plato dan Aristoteles. Tulisan ini dan dua tulisan berikutnya fokus membahas hasil pemikiran ketiga tokoh tersebut. Sebagian besar bahan tulisan disarikan dari buku yang diitulis oleh Muhammad Hatta, Alam Pikiran Yunani, yang diterbitkan UI Press, Jakarta pertama kali pada 1980, kemudian dicetak ulang pada 2011, tentunya ditambah beberapa informasi dari sumber lain.


Socrates, sumber: Freepik


Socrates

Socrates lahir di Athena, Yunani, walaupun ia selalu mengatakan, Aku bukan orang Athena, bukan pula orang Yunani, tapi warga dunia.” Sebuah pernyataan filosofis. Ia diperkirakan hidup pada tahun 469 - 399 SM. Dikenal sebagai seorang filsup dan pemikir hebat pada era Yunani Kuno. Ia merupakan salah satu figur paling penting dalam tradisi filosofis Barat. Socrates, merupakan generasi pertama dari tiga ahli filsafat besar dari Yunani, selain Plato dan Aristoteles. Socrates adalah guru Plato, kemudian Plato pada gilirannya mengajar Aristoteles.

Socrates adalah putra Sophroniscus, seorang tukang batu dan pematung, serta Phaenarete, seorang bidan. Bukan dari keluarga bangsawan, dia kemungkinan besar menerima pendidikan dasar dan belajar kerajinan dari ayahnya di usia muda sebelum mengabdikan hidupnya untuk filsafat. Socrates menikahi Xanthippe dan memiliki tiga putra – Lamprocles, Sophroniscus, dan Menexenus.

Socrates merupakan orang yang biasa-biasa saja, semua orang sepakat bahwa raut muka Socrates amat buruk, hidungnya papak dan perutnya begitu gendut; ia “lebih jelek ketimbang para Silenus dalam drama Satiris” (Xenopon, Symposium). Ia selalu mengenakan pakaian kumal dan tua, kemanapun ia pergi selalu bertelanjang kaki. Sikapnya yang tak peduli pada panas dan dingin, lapar dan haus mengherankan semua orang. Dalam Symposium, Alkibiades yang mengisahkan Socrates ketika menjalani tugas militer bahwa dia lebih tanggung dibandingkan teman-teman lainnya. Ketika dalam keadaan terputus dalam perbekalan dan terpaksa berangkat tanpa makanan, dia tetap perkasa dibandingkan yang lain. Pada saat itu cuaca sedang beku, tanpa menghiraukan rasa dingin dia tetap melangkah dengan pasti diatas tumpukan es yang membatu dengan berpakaian seperti biasanya, kumal dan bertelanjang kaki. Kemampuan mengendalikan semua nafsu jasmani terus-menerus ditonjolkan. Dia jarang minum anggur, namun selagi dia mau, dia lebih kuat minum dibanding semua orang.

Satu hal yang unik semasa hidupnya, Socrates tidak pernah meninggalkan karya tulisan. Ajaran filosofisnya tidak pernah dituliskannya, melainkan dilakukannya dengan perbuatan, praktik dalam kehidupan. Sumber utama mengenai hasil pemikiran Socrates berasal dari tulisan muridnya, Plato.

Dikisahkan bahwa Sokrates sosok yang adi luhung dan baik prilakunya. Ia tidak pernah berbuat zalim, pandai menguasai dirinya, sehingga ia tidak pernah memuaskan hawa nafsu dengan merugikan kepentingan orang lain. Sifatnya sangat cerdik, sehingga tak pernah khilaf dalam menimbang baik dan buruk. Dia berusaha membangun sistem etis berdasarkan akal manusia dengan menunjukkan bahwa pilihan manusia dimotivasi oleh keinginan untuk kebahagiaan, dan bahwa kebijaksanaan berasal dari introspeksi.

Kebiasaan sehari-harinya berjalan keliling kota untuk mempelajari tingkah laku manusia dari berbagai segi kehidupannya. Socrates berbicara dengan semua orang dan menanyakan apa yang diperbuatnya. Dalam mencari kebenaran Socrates selalu melakukannya dengan cara berdialog, atau tanya jawab. Kebenaran harus lahir dari jiwa kawan yang merupakan lawan bicaranya. Ia tidak mengajarkan, melainkan menolong seseorang mengeluarkan apa yang tersimpan dalam hatinya. Sebab itu, metodenya disebut maieutik, menguraikan.

Pertanyaan yang diajukan Socrates pada mulanya mudah dan sederhana. Setiap jawaban disusul dengan pertanyaan baru yang lebih mendalam. Tujuan Sokrates, melalui pertanyaan-pertanyaan tersebut, adalah untuk mengajar orang mencari kebenaran. Tanya jawab adalah jalan untuk memperoleh pengatahuan. Itulah permulaan dialektik. Dialektik asal katanya dialog, artinya bersoal jawab antara dua orang. Ia selalu berkata, yang diketahuinya cuma satu, yaitu bahwa ia tidak tahu."Aku tidak tahu apa-apa selain fakta akan ketidaktahuanku.” kata Socrates.

Cara yang dilakukan Sokrates adalah untuk membantah ajaran kaum Sofis yang mengatakan bahwa ‘kebenaran yang sebenarnya tidak akan tercapai’. Oleh karena itu, tiap-tiap pendirian dapat dibenarkan dengan jalan ‘retorika’. Apabila orang banyak sudah setuju, maka dianggap sudah benar. Dengan cara begitu pengetahuan menjadi dangkal. Cara inilah yang ditentang Sokrates.

Filsafat Socrates adalah memang suatu reaksi dan suatu kritik terhadap kaum sofis. Sebutan “sofis” mengalami perkembangan sendiri. Sebelum abad ke-5 istilah itu berarti: sarjana, cendekiawan. Pada abad ke-4 para sarjana atau cendekiawan bukan lagi disebut “sofis”, tetapi “filosofis”, filsuf, sedang sebutan “sofis” dikenakan untuk para guru yang berkeliling dari kota ke kota untuk mengajar. Akhirnya sebutan “sofis” tidak harum lagi, karena seorang sofis adalah orang yang menipu orang lain dengan memakai alasan-alasan yang tidak sah. Para guru berkeliling itu dituduh sebagai orang-orang yang minta uang bagi ajaran mereka.

Cara berfilsafat Socrates inilah yang memunculkan rasa sakit hati para kaum sofis saat itu. Hal ini dikarenakan setelah dilakukan penyelidikan itu maka akan tampak bahwa mereka yang dianggap bijak oleh masyarakat ternyata tidak mengetahui apa yang sesungguhnya mereka ketahui. Rasa sakit hati kaum sofis inilah yang nantinya akan berujung pada kematian Socrates. Ia diajukan ke pengadilan dengan dua tuduhan: (1) ia dianggap telah menolak dewa-dewa yang diakui negara dan telah memunculkan dewa-dewa baru; dan (2) ia telah menyesatkan dan merusak pikiran kaum muda.

Sebuah tuduhan yang sebenarnya bisa dengan gampang dipatahkan oleh Sokrates melalui pembelaannya sebagaimana tertulis dalam Apologi karya Plato. Hanya saja ini tidak dilakukan karena kepatuhan Socrates pada pengadilan. Socrates pada akhirnya wafat di penjara pada usia tujuh puluh tahun dengan cara harus meminum racun sebagaimana keputusan yang diterimanya dari pengadilan dengan hasil voting 280 mendukung  hukuman mati dan 220 menolaknya.

Inti ajaran Socrates

Sebagaimana dikemukakan di atas, Karena Sokrates mencari kebenaran dengan cara tanya jawab yang kemudian dibulatkan dengan pengertian. Cara ini disebut metode induktif dan definisi., yaitu: menyimpulkan pengetahuan yang sifatnya umum dengan berpangkal dari banyak pengetahuan tentang hal khusus. Misalnya: banyak orang yang menganggap keahliannya (tukang besi, tukang sepatu, pemahat, dll) sebagai keutamaannya. Seorang tukang besi berpendapat, bahwa keutamaannya adalah jikalau ia membuat alat-alat dari besi yang baik. Seorang tukang sepatu menganggap sebagai keutamaanya, jikalau ia membuat sepatu yang baik. Demikian seterusnya. Untuk mengetahui apakah “keutamaan” pada umumnya, semua sifat khusus keutamaan-keutamaan yang bermacam-macam itu harus disingkirkan. Tinggallah keutamaan yang sifatnya umum. Induksi yang dimaksudkan Sokrates adalah memperbandingkan secara kritis. Ia tidak berusaha mencapai yang umumnya dari jumlah satu-satunya; ia mencari persamaan dan diuji pula dengan saksi dan lawan saksi.

Demikianlah dengan induksi itu sekaligus ditemukan apa yang disebut definisi umum. Definisi umum ini pada waktu itu belum dikenal. Socrateslah yang menemukannya, yang ternyata penting sekali bagi ilmu pengetahuan. Begitulah Sokrates mencapai pengertian. Dengan melalui induksi sampai pada definisi. Definisi yaitu pembentukan pengertian yang bersifat dan berlaku umum. Induksi dan definisi menuju pengetahuan yang berdasarkan pengertian.

Peninggalan pemikiran Socrates yang paling penting ada pada cara dia berfilsafat dengan mengejar satu definisi absolut atas satu permasalahan melalui satu dialektika Pengejaran pengetahuan hakiki melalui penalaran dialektis menjadi pembuka jalan bagi para filsuf selanjutnya. Perubahan fokus filsafat dari memikirkan alam menjadi manusia juga dikatakan sebagai jasa dari Sokrates. Manusia menjadi objek filsafat yang penting setelah sebelumnya dilupakan oleh para pemikir hakikat alam semesta. Pemikiran tentang manusia ini menjadi landasan bagi perkembangan filsafat etika dan epistemologis di kemudian hari. Model mencari kebenaran dengan cara berdialog atau tanya jawab tersebut, tercapai pula tujuan yang lain, yaitu membentuk karakter.

Dalam ajarannya Sokrates mengatakan bahwa budi adalah tahu, maksudnya budi-baik timbul dengan pengetahuan. Budi ialah tahu, adalah inti sari dari ajaran etika Sokrates. Oleh karena budi adalah tahu, maka siapa yang tahu akan kebaikan dengan sendirinya mesti dan harus berbuat yang baik. Apa yang pada hakekatnya baik, adalah juga baik untuk siapa pun. Oleh karena itu, menuju kebaikan adalah yang sebaik-baiknya untuk mencapai kesenangan hidup.

Menurut Socrates orang yang berpengetahuan dengan sendirinya berbuat baik. Induksi dan definisi menuju kepada pengetahuan yang berdasarkan pengertian. Dari mengetahui beserta keinsafan moril tidak boleh tidak mesti timbul budi. Siapa yang mengetahui hukum, mestilah bertindak sesuai dengan pengetahuannya. Tidak mungkin ada pertentangan antara keyakinan dan perbuatan. Oleh karena budi berdasar atas pengetahuan, maka budi dapat dipelajari.

Sokrates juga mengajarkan, manusia itu pada dasarnya baik. Seperti dengan segala benda yang ada itu ada tujuannya, begitu juga dengan hidup manusia. Keadaan dan tujuan manusia adalah kebaikan sifatnya dan kebaikan budinya. Bersikap baiklah, karena semua orang yang kamu temui sedang berjuang keras dalam pertempuran mereka sendiri.” demikian kata Socrates.

Socrates juga mengatakan bahwa jiwa manusia bukanlah nafasnya semata-mata, tetapi asas hidup manusia dalam arti yang lebih mendalam. Jiwa itu adalah intisari manusia, hakekat manusia sebagai pribadi yang bertanggung jawab. Oleh karena jiwa adalah intisari manusia, maka manusia wajib mengutamakan lebahagiaan jiwanya (eudaimonia = memiliki daimon atau jiwa yang baik), lebih dari pada kebahagiaan tubuhnya atau kebahagiaan yang lahiriah, seperti umpamanya: kesehatan dan kekayaan. Manusia harus membuat jiwanya menjadi jiwa yang sebaik mungkin. Jikalau hanya hidup saja, hal tersebut belum ada artinya. Pendirian Socrates yang terkenal adalah Keutamaan adalah Pengetahuan”. Keutamaan di bidang hidup baik tentu menjadikan orang dapat hidup baik. Hidup baik berarti mempraktekkan pengetahuannya tentang hidup baik itu. Jadi baik dan jahat dikaitkan dengan soal pengetahuan, bukan dengan kemauan manusia.

Socrates telah percaya bahwa ada kehidupan setelah mati, dan mati merupakan perpindahan jiwa manusia ke dunia selanjutnya. Orang mati hanya meninggalkan jasad. Socrates berpendapat bahwa ruh itu telah ada sebelum manusia, dalam keadaan yang tidak kita ketahui. Kendatipun ruh itu telah bertali dengan tubuh manussia, tetapi diwaktu manusia itu mati, ruh itu kembali kepada asalnya semua. Diwaktu orang berkata kepada Socrates, bahwa raja bermaksud akan membunuhnya. Dia menjawab: “Socrates adalah di dalam kendi, raja hanya bisa memecahkan kendi. Kendi pecah, tetapi air akan kembali ke dalam laut”. Maksudnya, yang hancur luluh adalah tubuh, sedangkan jiwa adalah kekal.

Socrates percaya bahwa kebaikan berasal dari pengetahuan diri, dan manusia pada dasarnya adalah jujur, dan kejahatan merupakan suatu upaya akibat salah pengarahan yang membebani kondisi seseorang. Pepatahnya yang terkenal: “kenalilah dirimu”. Socrates percaya bahwa pemerintahan yang ideal harus melibatkan orang-orang yang bijak, yang dipersiapkan dengan baik, dan mengatur kebaikan-kebaikan untuk masyarakat. Ia juga dikenang karena menjelaskan gagasan sistematis bagi pembelajaran mengenai keseimbangan lingkungan, yang kemudian akan mengarah pada perkembangan metode ilmu pengetahuan.

Sumbangsih Socrates yang terpenting bagi pemikiran barat adalah metode penyelidikannya yang dikenal sebagai metode elenchus, yang banyak diterapkan untuk menguji konsep moral yang pokok. Karena itu Socrates dikenal sebagai bapak dan sumber etika atau filsafat moral, bahkan juga filsafat secara umum. Salah satu catatan Plato yang terkenal adalah Dialogue, yang isinya berupa percakapan antara dua orang pria tentang berbagai topik filsafat. Socrates percaya bahwa manusia ada untuk satu tujuan, dan bahwa salah dan benar memainkan peranan penting dalam mendefinisikan hubungan seseorang dengan lingkungan dan sesamanya. 

Uraian di atas memberikan penegasan bahwa ajaran etika Sokrates bersifat intelektual dan rasional. Paham etikanya ini merupakan kelanjutan dari metodenya. Sumbangsih Socrates yang terpenting bagi pemikiran Barat adalah metode penyelidikannya, yang dikenal sebagai metode elenchos, yang banyak diterapkan untuk menguji konsep moral yang pokok. Karena itu, Socrates dikenal sebagai bapak dan sumber etika atau filsafat moral, dan juga filsafat secara umum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KOLOM kOMENTAR

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.