Selasa, 10 November 2020

AYO JADI PAHLAWAN DI ERA GLOBAL!


 Oleh Enang Cuhendi

 

“Pahlawan yang setia itu berkorban, bukan buat dikenal namanya, tetapi semata-mata membela cita-cita” – Bung Hatta

 

November adalah bulan saat kita, bangsa Indonesia mengenang kepahlawanan para pejuang kita. Pejuang yang telah berjasa besar membawa negeri ini dari status bangsa terjajah menjadi bangsa merdeka. Mereka rela mengorbankan harta, benda, jiwa dan raganya demi kemerdekaan tanah air tercinta. Para pejuang berani mengorbankan semua kepentingan pribadinya demi kepentingan nusa, bangsa dan negara. Sekolah, keluarga, dan aneka kenikmatan pribadi mereka tinggalkan dan memilih terjun ke medan juang.

Aneka peristiwa heroik yang terjadi di seluruh Nusantara menjadi bukti nyata kepahlawanan para pahlawan bangsa Indonesia dari masa ke masa. Sebut saja di era perang kemerdekaan, ada peristiwa Medan area, Bandung Lautan Api, Palagan Ambarawa, Puputan Margarana, dan Peristiwa Pertempuran Surabaya pada 10 November 1945 yang menelan ribuan nyawa menjadi sebagian contoh nyata sikap heroik para pejuang dan pahlawan bangsa.

Berkat jasa para pejuang, saat ini kita sudah merdeka. Sejak proklamasi kemerdekaan, 17 Agustus 1945 kita menjadi bangsa yang sejajar harkat dan martabatnya dengan bangsa lain di dunia. Baik secara politis maupun militer kita bebas dari kekangan siapapun. Kita sudah merdeka dan siap menentukan masa depan sendiri.

Selama 75 tahun kemerdekaan sudah kita raih dan kita nikmati. Idealnya kita sudah harus menjadi bangsa yang maju. Realitanya kita masih tertinggal dari negara lain. Jangankan dengan negara-negara maju, dengan negara-negara tetangga saja saat ini kita tertinggal. Sebut saja Singapura dan Malaysia, dua negara tetangga kita yang sudah melangkah lebih dibandingkan kita. Belum lagi Vietnam dan Thailand yang terus melaju menyusul kita.

Bahkan ada yang mengatakan bahwa saat ini kita kembali terpuruk dalam penjajahan. Kita kembali menjadi bangsa terjajah. Bukan dijajah secara politis dan militer, tetapi kita dijajah secara ekonomi, sosial, budaya bahkan ideologi. Secara politik dan militer tidak akan ada yang berani menjajah Indonesia, karena mereka tahu persis sikap heroik bangsa kita.

Lain halnya dari segi ekonomi, kelihatannya kita seperti maju padahal sampai saat kita belum bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Sektor ekonomi kita baru bisa memberikan keuntungan bagi segelintir orang, termasuk investor asing. Sebagian besar rakyat masih hidup terpuruk dalam kekurangan. Kita belum sepenuhnya menikmati kekayaan alam luar biasa yang dianugerahkan Tuhan kepada kita.

Di bidang sosial budaya kita dijajah dengan kuatnya dominasi budaya asing mencengkram kehidupan masyarakat kita, dari pusat kota sampai pelosok desa. Satu persatu hasil budaya kita tumbang terlintas laju global yang menghadirkan budaya asing dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Kebanggaan terhadap hasil budaya sendiri, mulai digantikan dengan kebanggaan akan budaya luar, apakah itu reagge, K-Pop, rock, funk atau budaya bebas ala Barat yang mengedepankan kebebasan tanpa batas dan jauh dari nilai agama dan budaya ketimuran. Kebanggaan akan bahasa daerah dan nasional digantikan dengan bahasa asing, sehiingga satu persatu bahasa daerah kita menghilang dari peredaran.

Sungguh ironis, ketika kita melihat banyak generasi muda yang memilih jalan ideologi lain, selain ideologi Pancasila yang kita agungkan bersama. Memilih jalan hidup yang jauh dari nilai-nilai agama dan mengedepankan kebebasan dan keagungan materi. Menanggalkan budaya Timur yang menjadi ciri hidup kita dan mengedepankan budaya Barat sebagai pegangan baru.

Sesungguhnya inilah realita bahwa kita tumbuh menjadi bangsa terjajah dan tidak lagi merdeka. Kita menjadi pecundang di negeri sendiri, negeri yang besar, kaya dan sangat berbudaya. Kalah oleh pengaruh yang datang dari luar. Dari negara-begara kecil dari belahan Amerika, Eropa dan Asia.

Saat ini prinsip siapa yang kuat, maka dia yang berkuasa memang kembali terjadi. Dalam hal ini siapa yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, maka dia akan memenangkan peperangan di era global ini. Sejak bergulirnya era globalisasi kita memang tidak bisa menghindar akan situasi ini. Kemajuan IPTEK, khususnya teknologi informasi dan komunikasi, sudah menghapus semua sekat-sekat penghalang geografis dan pemerintahan. Semua yang ada di luar bisa mudah masuk kapan saja ke negara kita. Dengan akses internet kita seolah membawa dunia ke dalam rumah dan diri kita masing-masing. Tidak hanya hal positif, tetapi juga negatif. Inilah model penjajahan gaya baru.

Saat ini kita merdeka, tetapi sejatinya dijajah. Saat ini negara, nusa, bangsa dan agama sedang membutuhkan para pejuang baru. Pejuang di era global yang siap bertarung mati-matian melawan para penjajah ekonomi, sosial, budaya dan ideologi. Pejuang yang akan membawa kita ke arah kemerdekaan baru. Indonesia membutuhkan para pahlawan bangsa yang baru, pahlawan di era globalisasi.

Sekarang kalau tantangan ini kita lempar kepada kalian generasi muda, generasi pelajar hebat yang hidup di era global sekarang, bagaimana tanggapan kalian atas situasi yang melanda negeri kita sekarang? Apa yang akan kalian perbuat atau lakukan untuk menyelamatkan bangsa ini dari aneka keterpurukan? Saat ini negara memanggil kalian untuk jadi pahlawan di era global, bersediakah kalian memenuhi panggilan negara, nusa, bangsa dan agama ini? Apa rencana perjuangan kalian dalam mewujudkan diri menjadi pejuang dan pahlawan di era global ini?

Ini sejumlah pertanyaan yang bisa dijadikan tantangan untuk kalian para pelajar. Siapa yang mau menjadi pahlawan di era globalisasi, inilah saatnya. Saatnya memerdekakan negeri ini, waktunya membebaskan bangsa kita dari penjajahan di era globalisasi. Jadilah pejuang sejati, pahlawan sejati, tidak perlu ingin dikenal, tetapi mampu memberikan sumbangan berarti. Ingat kata Bung Hatta, “Pahlawan yang setia itu berkorban, bukan buat dikenal namanya, tetapi semata-mata membela cita-cita.” Cita-cita memerdekakan negeri ini dari penjajahan global.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KOLOM kOMENTAR

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.