Senin, 21 Mei 2018

EKSOTISME MASA LALU DI MUSEUM SIGINJAI


Oleh:
Enang Cuhendi

Hari terakhir kami di Jambi, 7 Mei 2018, pagi-pagi sebelum take off  untuk kembali ke Tanah Pasundan penulis bersama beberapa kawan guru IPS Jabar menyempatkan diri berkunjung ke Museum Siginjai. Museum Siginjai merupakan museum terbesar dan salah satu objek wisata yang ada di Provinsi Jambi. Lokasinya di Jalan Urip Sumoharjo Nomor 1, Kota Jambi yang secara kebetulan tidak jauh dari LPMP Jambi tempat kami menginap. Untuk sampai ke sini kami bisa menggunakan angkutan kota atau berjalan kaki. 

Selain Museum Siginjai di Kota Jambi sebenarnya ada juga Museum Perjuangan Rakyat Jambi. Lokasinya tidak terlalu jauh dari Museum Siginjai. Bedanya kalau di Museum Siginjai menyimpan koleksi budaya dan sejarah kuno Jambi, sedangkan di Museum perjuangan khusus koleksi tentang perjuangan rakyat Jambi dalam mengusir penjajah dan menegakan kemerdekaan,

Berdasarkan informasi yang kami terima, Museum Siginjai sebelumnya bernama Museum Negeri Propinsi Jambi dan Museum Negeri Jambi. Peletakan batu pertama pembangunan museum dilakukan oleh Gubernur Jambi, Masjchun Sofwan pada 18 Februari 1981 pada lahan seluas 13.350 meter persegi. Pembangunan museum ini selesai tahun 1988 dan diresmikan pemakaiannya oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof Fuad Hasan, pada 6 Juni 1988. Lokasi pembangunan museum merupakan milik Organisasi Persatuan Pamong Marga Desa (PPMD) Provinsi Jambi yang terdiri dari para Ninik Mamak dan Tuo Tangganai masyarakat Daerah Jambi yang dihibahkan kepada Gubernur untuk membangun Museum.

Berlakunya Undang-undang No. 22 Th 1999 tentang otonomi daerah, nama Museum Negeri Propinsi Jambi berubah menjadi Museum Negeri Jambi. Kemudian berdasakan Peraturan Gubernur Nomor 26 tahun 2012 nama Museum Negeri Jambi diubah lagi menjadi Museum Siginjai. Adanya perubahan nama museum menjadi Museum Siginjai diharapkan memperkuat ingatan kolektif masyarakat akan tempat peninggalan benda-benda bersejarah Jambi ini. Dipilihnya nama Siginjai sebagai pengganti, karena merupakan nama sebilah keris yang digunakan oleh Orang Kayo Hitam, sebagai Raja Jambi di masa lalu dalam membela negeri Jambi. Keris Siginjai sendiri saat ini tersimpan di Museum Nasional di Jakarta, dan duplikatnya tersimpan di museum ini.

Bangunan Museum Siginjai bercorak arsitektur tradisional Jambi, yaitu Rumah Kajang Lako dan Rumah Larik (Panjang) yang disesuaikan dengan keperluan teknik permuseuman. Bentuk Rumah Kajang Lako dituangkan pada bangunan gedung induk dan auditorium, sedangkan bentuk Rumah Larik (Panjang) dituangkan pada gedung administrasi, gedung storage, dan gedung konservasi/ preparasi. Fasilitas yang ada meliputi ruangan pameran tetap, ruangan pameran temporer, ruangan auditorium, ruangan perpustakaan, ruangan laboratorium/konservasi, dan toilet.


Tempat wisata edukasi di Jambi ini buka setiap Senin sampai Kamis pada pukul 08:00 – 15:00 dan Jumat pada pukul 07:15 – 11.00. Pada Sabtu, Minggu dan hari libur nasional museum ini tutup. Hanya dengan tiket masuk Rp 3.000,00 untuk dewasa dan Rp 1.000,00 untuk anak-anak,  pengunjung akan mendapat wawasan mengenai budaya dan sejarah tentang Jambi.

Koleksi yang ada di sini sekitar 2. 855 buah. Di antaranya koleksi yang ada berupa koleksi: geologi (benda koleksi yang disebut objek disiplin pengetahuan geologi diantaranya mencakup batuan, mineral, fosil serta benda-benda bentukan alam yang lain), biologi (benda koleksi yang masuk kelompok benda objek riset/dipelajari oleh disiplin pengetahuan biologi), dan filologi (naskah-naskah kuno yang ditulis tangan, naskah incung Kerinci yang ditulis diatas tanduk serta bambu, Alquran serta Kitab Tassauf yang ditulis tangan.

Selain itu ada juga koleksi lain seperti: etnografi (koleksi sebagai objek riset/disiplin pengetahuan antropologi, benda-benda itu adalah hasil budaya atau melukiskan jati diri satu etnis), arkeologi (koleksi sebagai objek riset/disiplin pengetahuan arkeologi, seperti : peninggalan saat prasejarah), historis (koleksi sebagai disiplin pengetahuan histori, mulai sejak masuknya budata barat, benda yang terkait dengan momen histori), keramik (koleksi keramik terbuat dari tanah liat yang dibakar dengan suhu spesifik), senirupa (koleksi seni yang mengekspresikan pengalaman artistik manusia lewat objek dua serta atau tiga dimensi) serta tehnologi (koleksi yang melukiskan perubahan teknologi tradisional sampai dengan teknologi moderen). Museum ini juga menyimpan benda peninggalan prasejarah seperti beliung batu, gong bertuliskan aksara kuno Cina, teko, piring porselen, fragmen tangan, arca Budha, arca dan sebagainya.

Di luar benda sejarah, Museum Siginjai juga menyimpan koleksi khas margasatwa yang ada di Jambi.  Pada Ruang Potensi Alam pengunjung bisa melihat keanekaragaman fauna yang berada di Hutan Jambi. Dapat terlihat pada gambar yaitu, Macan Akar (Felis marmorata) atau Marbled cat. Selain itu anda juga bisa melihat Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumaterae), Macan Dahan (Neopilis Neobulosa),Binturung (Aritis Binturung), dan Beruang Madu (Herlarchos malayanos) serta Elang hitam (Alap black hawk).


Walau hanya sebentar, tapi persinggahan kami di Museum Siginjai mampu menambah wawasan kami tentang budaya dan masa lalu Jambi. Semoga suatu saat bisa kembali ke sini untuk mengeksplor lebih jauh tentang Jambi.

Sumber Bacaan:
http://museumsiginjei.blogspot.co.id diakses 16 Mei 2018 pukul 19.00
https://situsbudaya.id/museum-negeri-provinsi-jambi/  diakses 16 Mei 2018 pukul 19.15

http://jambikota.go.id/new/museum-siginjai-jambi/ diakses 16 Mei 2018 pukul 19.20

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KOLOM kOMENTAR

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.