Oleh:
Enang
Cuhendi
Namanya
Guha Pawon atau Gua Pawon. Penulis menggunakan nama yang pertama, yaitu Guha
Pawon sesuai dengan nama yang tercantum di lokasi. Kata Guha memang diadopsi
dari bahasa Sunda yang dalam bahasa Indonesia disebut gua. Pengertiannya sama
tidak ada perbedaan. Akan tetapi supaya nilai kearifan lokalnya lebih terasa
maka penulis menggunakan nama Guha Pawon.
Guha Pawon terletak di Desa Gunung Masigit Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat (KBB) Jawa Barat. Lokasinya tidak terlalu jauh dari jalan raya Bandung – Cianjur, sekitar lima kilometer setelah Situ Ciburuy Padalarang kalau dari arah Bandung. Gua ini berada di sebuah bukit diketinggian sekira 700 mdpl yang disebut Pasir Pawon. Di bandingkan dengan area sekitarnya Pasir Pawon adalah satu-satunya bukit kapur yang masih asri tanpa ada gangguan penggalian.
Guha Pawon terletak di Desa Gunung Masigit Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat (KBB) Jawa Barat. Lokasinya tidak terlalu jauh dari jalan raya Bandung – Cianjur, sekitar lima kilometer setelah Situ Ciburuy Padalarang kalau dari arah Bandung. Gua ini berada di sebuah bukit diketinggian sekira 700 mdpl yang disebut Pasir Pawon. Di bandingkan dengan area sekitarnya Pasir Pawon adalah satu-satunya bukit kapur yang masih asri tanpa ada gangguan penggalian.
Di
bukit seukuran kira-kira 45 ha itu terdapat beberapa gua yang lubang-lubang masuknya
menghadap ke arah utara. Di bawahnya merembes mata air dari retakan-retakan
batu gamping yang tidak pernah kering sekalipun di musim kemarau, cukup
mengairi berpetak-petak sawah di sekitarnya. Dua hal itulah yang membuat gua
ini dijaga masyarakat sebagai warisan alam yang sangat berharga.
“Pawon”
sendiri dalam bahasa Sunda berarti dapur. Nama ini diidentikan dengan sebuah
ruangan di dalam goa yang bagian atasnya terdapat lubang seperti cerobong asap.
Diduga bahwa d tempat ini para manusia purba yang tinggal di tempat ini
mengolah makanannya. Apalagi diperkuat dengan adanya temuan berupa serpihan
tembikar dan alat-alat serpih yang diperkirakan dipakai sebagai alat untuk
keperluan mengolah.
Di
kalangan masyarakat sekitar ada yang menghubungkan keberadaan Guha Pawon ini
dengan legenda Sangkuriang. Guha Pawon diyakini sebagai dapur tempat Dayang
Sumbi, ibunda Sangkuriang, memasak. Ya, namanya juga legenda yang tentunya
berbeda dengan sejarah.
Guha
Pawon terdiri dari beberapa ruang atau gua kecil. Ruang pertama disebut Gua
Poek. Poek artinya gelap. Gua Poek sering dipakai sebagai tempat
bermalam oleh orang yang berkunjung ke Gua Pawon. Di dalamnya terdapat sebuah
ruangan yang cukup luas yang memang terlihat seperti sebuah kamar untuk
menginap. Menurut legenda orang Sunda (legenda Sangkuriang), gua ini dulunya
adalah dapur Dayang Sumbi.
Untuk
sampai ke ruang berikutnya yang merupakan ruang utama harus sedikit memanjat
dan menyelip di bawah batu besar. Di sana terdapat tiga mulut gua yang seperti
minta dimasuki, dan ada satu lagi yang letaknya di bawah, jadi seperti kolam
kering yang di pojoknya ada sebuah celah besar. Setelah itu perjalanan
dilanjutkan dengan memasuki mulut gua paling kiri. Gua ini masih temasuk ke
dalam bagian dari Gua Lega, karena ruangannya memang nyambung dengan ruangan
dari kedua mulut gua yang lainnya, sehingga di namakan sebagai ruang utama.
Di
bagian kiri atas gua Lega ini, ada sebuah tempat yang dinamakan Sumur Bandung.
Sumur Bandung ini sebenarnya bukanlah sebuah sumur, lebih seperti sebuah kolam
kecil yang kadang-kadang airnya kering. Sumur ini sebenarnya tidak terlalu
besar, tetapi airnya bening dan dingin. Bagi yang percaya air tersebut
dipandang bisa membawa berkah. Pengunjung bisa membasuh muka, tangan atau kaki
dengan air itu. Sumur Bandung ini
tempatnya cukup tinggi dan jalan kesana total harus memanjat dinding batu yang
terjal dan licin.
Dari
Gua Lega bila terus berjalan ke arah belakang kita menuju ke sebuah celah
besar. Di sana terdapat sebuah tebing yang indah. Sebelah kanannya ada sebuah
gua kecil yang di depannya terdapat lokasi penemuan fosil manusia purba. Jadi ternyata
gua ini pernah di pakai sebagi tempat tinggal manusia purba, yang konon adalah
nenek moyangya orang Bandung.
Lokasi
tempat ditemukannya Kerangka Manusia Purba
Di
situ kita bisa menikmati indahnya tebing yang menjulang tinggi dengan warna
emas kecoklatan, lalu berjalan ke bawah sedikit ada lagi celah di pinggir
tebing yang bentuknya seperti sebuah jendela besar bagi Gua Pawon sebagai rumahnya.
Tempat ini dinamakan Gua Kopi karena dulunya di sini banyak pohon kopi yang
tumbuh.
Dari
sana bisa lanjut ke bagian depan Gua Pawon. Untuk sampai ke sana, harus kembali
lagi ke Gua ruang utama dan kali ini berjalan turun ke bawah, ke tempat yang sebelumnya
kami sebut sebagai kolam kering dengan celah yang cukup besar di pojoknya.
Setelah
melewati celah itu, kita akan sampai di tempat yang di beri plat 'kamar 1'.
Disini bau kotoran kelelawar menyengat sekali. Dari situ bisa langsung keluar
Gua Pawon melalui mulut utama. Setelah keluar dari mulut gua itu masuk ke satu
gua lagi, yaitu Gua Barong. Gua ini terletak di sebelah kanan jalan masuk
utama.
Nama
Guha Pawon seenarnya melejit belum terlalu lama. Keberadaannya baru dikenal
masyarakat luas sekitar tahun 2000-an seiring dengan ditemukannya beberapa
fosil manusia pra sejarah di tempat ini. Jauh sebelum itu Guha Pawon hanyalah
tempat biasa yang tidak banyak dikunjungi, bahkan oleh masyarakat sekitarnya
sekalipun. Letak gua yang berada di lokasi penambangan berbagai jenis batu itu
hanya dianggap sebagai satu lokasi tempat bernaung disela penambangan batu atau
tempat bermain anak-anak.
Di
tahun 2000 penelitian pendahuluan
dilaksanakan oleh peneliti dari ITB dan LIPI yang tergabung dalam
Kelompok Riset Cekungan Bandung (KRCB). Penelitian ini menjadi batu loncatan
untuk ekskavasi Balai Arkeologi Bandung pada 2003. Setelah melakukan penggalian
selama hampir sepuluh hari dari tanggal 10 s.d. 19 Juli 2003 pada lubang berukuran
2 x 2 meter persegi dengan kedalaman 140 centimeter para peneliti dari Balai
Arkeologi Bandung menemukan kerangka utuh meringkuk dari Manusia Pawon yang
diperkirakan berumur antara 5600 sampai dengan 9000 tahun. Selain itu di tempat yang sama juga ditemukan serpihan
batu.
Dugaan
sementara para pakar, tulang belulang tersebut milik manusia purba yang hidup pada
jaman batu dan tinggal di dalam gua. Sedangkan serpihan batu diduga merupakan perkakas
milik manusia yang hidup dijaman dulu. Temuan tulang belulang serta serpihan
batu di Gua Pawon, masih berdasarkan perkiraan berasal dari masa perlapisan
budaya. Pada masa itu terjadi pelapisan tiga budaya, yaitu masa Mesolithikum,
Preneolithikum, serta Neolithikum, yang masing-masing memiliki ciri tersendiri.
Menurut
Ketua Tim Peneliti Gua Pawon dari Balai Arkeologi Bandung, Lutfi Yondri, penggalian
dilakukan menggunakan metode speed. Metode speed, yaitu menggali selapis demi
selapis tanah dengan ketebalan lima sentimeter untuk setiap lapisnya. Saat penggalian
itu, pada lapisan-lapisan tersebut ditemukan tulang belulang, batu obsidian,
serpihan batuan, gigi, rahang, serta mollusca air tawar. Tak hanya tulang
belulang manusia purba, tim ini juga menemukan tulang belulang berbagai jenis
unggas, vertebrata, serta reptil. Tulang yang diperkirakan milik mollusca air
tawar, ditemukan dalam keadaan utuh. Kemungkinan besar, hewan tersebut tidak
dikonsumsi oleh manusia pada jaman itu, karena bila dijadikan mangsa makhluk
lain, biasanya badan hewan tersebut hancur dan sulit dapat diangkat.
Tahun
2013 ekskavasi lanjutan situs purbakala Guha Pawon kembali menemukan indikasi
keberadaan manusia Guha Pawon. Menurut ketua tim peneliti, Luthfi Yondri, Tulang
manusia Guha Pawon yang ditemukan pada Minggu (29/7/2013) memiliki usia jauh
lebih tua daripada usia kerangka manusia yang ditemukan utuh pada tahun
2003-2004. Tulang tersebut ditemukan pada lapisan di bawah manusia berumur
9.500 kita menemukan sisa pembakaran berupa tanah terbakar dan sisa-sisa budaya
seperti obsidian dan fragmen tulang binatang. Berdasarkan hasil penelitian dari
tautan gigi, perbandingan lebar kepala dari depan, belakang, dan samping, menurut
dugaan para ahli besar kemungkinan manusia yang ditemukan terakhir ini masih
dalam satu ras yang sama, yaitu ras mongoloid.
Pada
penelitian tahun 2017 para peneliti dari Balai Arkeologi (Balar) Bandung
kembali menemukan 2 kerangka manusia purba di Gua Pawon. Sejak tahun 2000,
total telah ditemukan 7 kerangka manusia purba zaman mesolitik di lokasi yang
sama. Berdasarkan jenis kelamin untuk masing-masing kerangka. Di antaranya
sudah teridentifikasi 3 individu kerangka berjenis kelamin laki-laki, 1 perempuan
dan 1 belum teridentifikasi.
Melihat
lokasinya yang lebih dalam dari penemuan sebelumnya, dua kerangka manusia purba
yang ditemukan diprediksi lebih tua dari temuan-temuan sebelumnya. Kerangka
yang dulu ditemukan di kedalaman sekitar 1,6 meter, sedangkan yang terakhir
masing-masing 2,45 meter dan 2,3 meter. Jika temuan-temuan kerangka manusia
purba sebelumnya antara kisaran 5600-9000 tahun lalu, maka temuan kali ini bisa
lebih tua dari temuan-temuan sebelumnya. Semua temuan tersebut diperkirakan berasal
dari zaman mesolitik. Ciri-cirinya mereka tinggal di goa-goa dan ditemukannya
alat-alat dari tulang-tulang dan serpihan yang mereka pakai.
Seorang peneliti menunjukkan kerangka manusia purba
yang ditemukan di Gua Pawon.
Koleksi:
Koran SINDO/Nur Azis
Mengingat
arti penting keberadaan Guha Pawon dari sisi arkeologi, sejarah dan hasil
budaya masyarakat Sunda, maka menjaga keutuhan Pasir Pawon seolah-olah menjadi
harga mati. Temuan yang spektakuler itu menjadikan situs Guha Pawon merupakan
situs kuburan manusia prasejarah pertama dan satu-satunya di Jawa Barat dan
Banten. Inilah aset Kabupaten Bandung Barat yang selayaknya bertaraf
internasional dalam kontribusinya kepada penyusunan evolusi manusia prasejarah
di dunia.
Selama
hampir delapan tahun sejak penelitian rintisan KRCB dan lima tahun setelah
tersingkapnya kerangka meringkuk oleh Balai Arkeologi Bandung, Gua Pawon belum
ditangani secara seharusnya sebagai suatu situs bertaraf dunia. Bahkan lokasi situs
ini hampir saja jatuh ke tangan para pengusaha batu kapur di awal 2008.
Titik
balik fokus pengelolaan Guha Pawon terjadi 2009. Ketika pemekaran Kabupaten
Bandung Barat dari Kabupaten Bandung terwujud, aset berharga ini mulai menjadi
perhatian serius, khususnya melalui Wakil Bupati Ernawan Natasaputra. Tim
penyelamatan karst Citatah segera dibentuk dengan SK Bupati Bandung Barat. Pemerintah
Provinsi Jawa Barat pun mendukung usaha-usaha ke arah penyelamatan situs Gua
Pawon Gubernur Ahmad Heryawan melakukan kunjungan ke Desa Gunung Masigit tempat
situs itu berada dan Wakil Gubernur Dede Yusuf secara khusus berkunjung dan
masuk ke Guha Pawon. Pemerintah provinsi Jawa Barat juga menunjukkan
komitmennya dengan mengucurkan dana awal Rp 60 juta untuk pengembangan Kampung
Wisata, Seni, dan Budaya Gua Pawon.
SUMBER BACAAN:
Nur Aziz, “Peneliti Temukan Lagi Dua Kerangka
Manusia Purba di Goa Pawon”, Selasa, 21 Maret 2017 - 18:11 WIB
https://daerah.sindonews.com/read/1190350/21/peneliti-temukan-lagi-dua-kerangka-manusia-purba-di-goa-pawon-1490094678 diakses Minggu, 23 Desember 2018 pukul 21.28
Goa Pawon, Bandung, Jawa Barat Menyingkap
Kehidupan Masa Lalu di Gua Pawon
https://legendanusantara.wordpress.com/prasejarah/goa-pawon-bandung-jawa-barat/ diakses Minggu, 23 Desember 2018 pukul 23.07
Putra Prima Perdana,
Kompas.com - 31/07/2013, 13:58 WIB “Ditemukan, Manusia Goa Pawon Berusia Lebih
dari 9.500 Tahun”
Diakses Senin, 25 Desember 2018 pukul 00.05