Oleh:
Enang Cuhendi
Gumuruh deru mesin pesawat Lion Air jenis 737-800 mulai menggelegar. Tepat pukul 16.20 Jumat, 4 Mei 2018 pesawat pun take off dari Bandar Udara Soekarno-Hatta. Tujuan landing adalah Bandar Udara Sultan Thaha Jambi. Kami bermaksud untuk menghadiri seminar nasional dan wisata edukasi yang diadakan PW FKGIPS Nasional.
Enang Cuhendi
Gumuruh deru mesin pesawat Lion Air jenis 737-800 mulai menggelegar. Tepat pukul 16.20 Jumat, 4 Mei 2018 pesawat pun take off dari Bandar Udara Soekarno-Hatta. Tujuan landing adalah Bandar Udara Sultan Thaha Jambi. Kami bermaksud untuk menghadiri seminar nasional dan wisata edukasi yang diadakan PW FKGIPS Nasional.
Cuaca di atas Kota
Jakarta terlihat cerah. Gumpalan awan putih menemani perjalanan kami, rombongan
pertama guru-guru IPS Jawa Barat yang
akan mengikuti kegiatan Temu Guru IPS Nasional 2018 di Jambi. Total rombongan
Jabar berjumlah 22 orang yang berasal dari Kota Bandung, Kabupaten Bandung,
Kabupaten Bandung Barat, Garut, Purwakarta, Cianjur, Karawang dan Kota
Tasikmalya. karena satu dan lain hal keberangkatan kami memang tidak bersamaan.
Kloter pertama berjumlah 12 orang terbang 4 Mei 2018 pukul 16.30 dari Bandara
Soekarno-Hatta Cengkareng. Dua orang dari Kabupaten Bandung Barat menyusul
malam harinya pukul 21.25. Kloter III berjumlah 6 orang datang Sabtu, 5 Mei
2018 pukul 09.00. Satu orang lagi berangkat dari Jakarta Sabtu sore karena
harus mengikuti kegiatan di BNSP dan seorang lagi take off dari Padang, Sumatera Barat karena mengikuti kegiatan
Seminar Internasional di Kota Padang.
Di Bandara Soekarno-Hatta
Perjalanan dengan Lion
Air sebenarnya menimbulkan rasa was-was. Berbeda dengan menggunakan pesawat
lain. Secara pribadi rasa was-was penulis dipengaruhi oleh info yang pernah
diterima dari kakak yang kebetulan mekanik pesawat terbang dan berpengalaman
kerja di penerbangan dalam dan luar negeri. Beliau menyampaikan bahwa
sebetulnya pemeliharaan mesin pesawat terbang komersial di negara kita berada
pada tingkat yang rendah kalau dibandingkan dengan keadaan di luar. Ini bukan
karena kualitas mekanik tapi lebih pada “sistim kanibal” yang diterapkan pada spare part pesawat. Biaya pembelian spare part yang mahal telah mendorong
perusahaan melakukan cara kanibal daripada membeli yang baru. Lebih-lebih
diperkuat juga oleh fakta sering kali terjadinya kecelakaan pesawat terbang di
negara kita.
Bagi penulis pribadi
ini adalah kali kedua perjalanan dengan pesawat. Perjalanan pertama sewaktu ke
Adelaide, South Australia tahun 2013 untuk menjalankan tugas dari pemerintah
Provinsi Jawa Barat mengikuti Training
Managemet for Teacher. Perjalanan dari Jakarta ke Sydney menggunakan Qantas
Airways jenis A330-300 dengan nomor
penerbangan QF 42 nomor seat 54E memang nyaman karena pesawatnya berukuran
besar. Selanjutnya dari Sydney ke Adelaide, South Australia berganti pesawat
dengan jenis Boeing 737-800 dari perusahaan yang sama, sejenis dengan yang kami tumpangi ke Jambi. Penerbangan tetap
nyaman dari take off sampai landing.
Hal
tersebut sangat berbeda dengan perjalanan bolak-balik ke Jambi ini. Tanpa
maksud mengecilkan arti pelayanan perusahaan penerbangan kita, perjalanan di
rasa kurang nyaman. Mulai dari delayed
waktu keberangkatan, take off yang terkesan sangat menghentak, perjalanan
yang terkesan seperti naik truk atau gerobak, berkali-kali peringatan cuaca
buruk dan landing yang terasa seperti
“dijatuhkan” seketika. Sungguh berkesan perjalanan ini. Walau begitu Alhamdulillah kami sampai dengan selamat
dan bisa kembali ke tanah Pasundan dengan selamat.
Kekecewan
selama diperjalanan menuju Jambi terobati dengan keramahan dan sambutan
sahabat-sahabat FKGIPS Nasional Jambi yang luar biasa. Dari bandara kami
dijemput secara khusus menuju penginapan di LPMP Provinsi Jambi. Selama
kegiatan kami pun dilayani dengan sepenuh hati sampai rasanya terbangun chemistry silaturrahiim yang luar
biasa antara Jabar dengan Jambi. Canda
tawa bisa kami nikmati bersama, walau umumnya di antara kami baru bertemu untuk
pertama kali. Penginapan yang disediakan juga lumayan bisa mengantarkan kami
tertidur pulas. Sambutan dari kalangan aparat daerah Jambi sungguh luar biasa, dari mulai perwakilan kepala sekolah, dinas
pendidikan sampai gubernur yang diwakili Asisten Daerah II bisa hadir. Sungguh
terhormat rasanya bagi kami guru-guru yang tergabung dalam FKG IPS Nasional
ini. Kalaupun ada yang kurang hanyalah pada tidak adanya liputan media atas
kegiatan ini.
Seminar
Nasional
Seharian
kami bersama hampir 230-an peserta mengikuti Seminar Nasional tentang “Strategi
Pembelajaran Abad 21”. Dalam seminar
yang dibuka Assisten Daerah II Provinsi Jambi ini tampil sebagai
pembicara Drs. M. Muhajir, M.A ( Mantan Kepala P4TK IPS dan PKn, saat ini
menjadi Kepala P4TK Seni dan Budaya), Prof. Dr. Rusdi, S.Pd.MSc. dan Dr Dyah
Ayunda, M.Pd. acara berlangsung sampai sekitar pukul 16.30. Hal yang
menakjubkan, selain peserta seminar dari Kota Jambi dan sekitarnya serta kami
yang datang dari Jabar, Jatim dan Banten, ada juga peserta lokal yang harus
menempuh perjalanan 250 sampai sekitar 500 Km dari kaki Gunung Kerinci. Sungguh
luar biasa semangat ibu-ibu ini untuk meningkatkan kompetensi diri.
Selesai
seminar malam harinya kami dijamu makan malam dan bisa ber-weekend ria menikmati car
free night di sekitaran Tugu Keris
Siginjai. Kami nikmati wisata malam bersama ratusan orang yang yang hadir.
Aneka atraksi tersaji sepanjang malam. Tenda-tenda yang menjajakan aneka
jajanan ramai dikerubuti pengunjung. Dari anak sampai orang dewasa tumpah ruah
di tempat itu, ada yang sekedar jalan-jalan, ngobrol, ber-selfie atau groufie-ria
dan sebagainya. Kami larut dalam keceriaan malam itu. Memasuki pukul 22.00
keramaian pun mulai terhenti. Satu persatu pengunjung pun pulang, termasuk
kami. Dalam tinjauan sosial dan ekonomi, car
free night bermanfaat.
Keeseokan
harinya kami mengikuti wisata edukasi. Target lokasi terutama Jembatan Gentala
Arasy yang melintasi Batang Hari, kompleks candi Muaro Jambi dan Mesjid Seribu
Tiang. “Cintaku tertambat di Gentala Arsy” rasanya menjadi ungkapan yang pas
untuk merasakan sentuhan rasa Gentala Arasy. Jembatan panjang dan jalur
pedestarian yang dibuat berkelok-kelok ini sungguh indah terlihat. Jembatan
Gentala Arasy dibangun dengan anggaran
senilai Rp 88,7 miliar dalam tiga tahun anggaran 2012-2014. Bangunan ini
merupakan proyek dari masa pemerintahan Hasan Basri Agus, dan diresmikan
oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla pada tanggal 28 Maret 2015. Berfungsi
menyatukan dua wilayah yang terpisah oleh Batang Hari. Sebelum ada jembatan ini
penduduk wilayah Jambi seberang kalau ingin ke Kota Jambi harus menggunakan
perahu (ketek) melintasi Batang Hari.
Batang
Hari merupakan sungai terpanjang di Sumatera. Menurut situ wikipedia panjang
Batang Hari mencapai 800 Km membentang dari Provinsi Solok, Sumatera Barat
sampai ke Jambi. Mata airnya berasal dari Gunung Rasan (2585 m), dan
yang menjadi hulu dari Batang Hari ini adalah sampai kepada Danau Di atas,
yang sekarang masuk kepada wilayah Kabupaten Solok, provinsi Sumatera Barat.
Aliran dari sungai ini melalui beberapa daerah yang ada di provinsi Sumatera
Barat dan provinsi Jambi, seperti Kabupaten Solok Selatan, Dharmasraya,
Bungo, Tebo, Batang Hari, Kota Jambi, Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten
Tanjung Jabung Timur, sebelum lepas ke Perairan Timur Sumatera dekat Mua.
Selepas
dari Gentala Arasy perjalanan dilanjutkan ke komplek candi Muaro Jambi. Situs
Purbakala Kompleks Percandian Muara Jambi adalah sebuah kompleks percandian
agama Hindu-Budha terluas di Asia Tenggara, dengan luas 3981 hektar. Komleks
candi ini kemungkinan besar merupakan peninggalan Kerajaan Sriwijaya dan
Kerajaan Melayu. Kompleks percandian ini terletak di Kecamatan Maro Sebo,
Kabupaten Muaro Jambi, Jambi, Indonesia, tepatnya di tepi Batang Hari, sekitar
26 kilometer arah timur Kota Jambi.
Di
situs ini baru sembilan bangunan yang telah dipugar, dan kesemuanya adalah bercorak Buddhisme.
Kesembilan candi tersebut adalah Candi Kotomahligai, Kedaton, Gedong Satu,
Gedong Dua, Gumpung, Tinggi, Telago Rajo, Kembar Batu, dan Candi Astano. Dari
sekian. Yang menarik dari candi-candi ini apabila dilihat dari fungsinya. Pada
umumnya di Indonesia candi berfungsi sebagai tempat peribadatan atau pemujaan,
tetapi hal ini berbeda dengan candi di Muaro Jambi. Candi-candi di sini
diperkirakan lebih berfungsi sebagai asrama atau semacam kompleks universitas
bagi para penganut Budha. Hal kedua yang dinilai menarik adalah bahan dasar
pembuatan candi. Umumnya, terutama di Jawa, candi berbahan dasar batu andesit
atau batu sungai, akan tetapi candi-candi di kompleks Muaro Jambi dibangun dari
susunan bata merah dari tanah liat.
Candi
Gumpung
Pasca
menjelajah kompleks Candi Muaro Jambi kami makan siang bersama. Sebelumnya ada
sedikit ceramah dari Kabid Kebudayaan Disdik Muaro Jambi. Makan siang yang
sangat berkesan karena kami makan ala botram di atas selembar daun pisang.
Setelah
tiga hari berada di Kota Jambi, akhirnya pada Senin 7 Mei 2018 kami harus
kembali ke Tanah Pasundan. Jadwal penerbangan kami memang mengalami penundaan
dari yang seharusnya pukul 11.35 menjadi 12.25.
Alhamdulillah banyak sahabat,
kenangan dan pengalaman baru yang kami dapat selama di Jambi. Terima kasih
untuk kawan-kawan IPS Jambi yang telah melayani kami dengan sangat luar biasa.
Khususnya untuk Bu Dona Nengsih, Pak Rahmat, Pak Sugiyanto dan yang
lainnya. Terima kasih pula untuk
sahabat-sahabat IPS Jabar yang telah berpartisipasi, ada Bu Suciati (SMPN 8
Kota Bandung), Bu Yulia Yulianti (Pengawas Disdik Kota Bandung, Bu Iis Priatini
(SMPN 24 Bandung), Bu Yayah Suhayah (SMPN 31 Kota Bandung), Bu Yani Suryani
(SMPN 1 Kota Bandung), Bu Isye Ramawati (SMPN 52 Kota Bandung), Bu Nunung
Nurhayati (SMPN 3 Garut), Bu Rina Malia Candra (SMPN 2 Cilawu-Garut), Bu
Sumarni (SMP Daya Susila Garut), Pak Hilman Latief (SMPN 3 Padalarang-KBB), Bu
Dian Diana (SMPN 1 Cihampelas-KBB), Bu Neneng Irmawati (SMPN 3 Baleendah – Kab.
Bandung), Pak Heri Kusnandar (SMPN 1 Purwakarta), Bu Sunaryuni (SMPN 2
Purwakarta), Bu Heti Wijayawati (SMPN 2 Purwakarta), Bu Oka Nazulah Saleh (SMPN
1 Jatisari Karawang), Bu Nunung Rachmayanti (SMPN 1 Jatisari Karawang), Bu
Rikka Puspitawati (SMPN 1
Sukaresmi-Cianjur), Bu Ineu Irawati (SMPN 1 Sukaresmi-Cianjur), Bu Tati
Rochayati (SMPN 1 Sukaresmi-Cianjur) dan Bu Sri Sugiarti (SMPN 3 Kota
Tasikmalaya). Semoga Allah SWT mempersatukan kita kembali dilain kesempatan.
Sebagian
dari Tim Jabar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
KOLOM kOMENTAR
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.