Selasa, 22 Mei 2018

DILEMA SANG “PONSEL”


Oleh:
Enang Cuhendi

Beberapa waktu yang lalu melalui surat tertanggal 19 Januari 2018 Dinas Pendidikan Kabupaten Garut mengeluarkan edaran larangan siswa membawa ponsel, gadget dan alat komunikasi sejenis di lingkungan sekolah. Surat ditujukan kepada seluruh kepala sekolah baik negeri maupun swasta yang ada di wilayah Kabupaten Garut. Tujuan dikeluarkannya surat edaran sebagaimana tertulis adalah untuk meningkatkan kualitas proses pendidikan di lingkungan sekolah dan meminimalisir munculnya dampak negatif dari penggunaan teknologi komunikasi.

Setelah membaca edaran tersebut, penulis tertarik untuk membuat tanggapan dan menelusuri sejauh mana sebenarnya dampak positif dan negatif dari adanya teknologi komunikasi tersebut. Apakah memang banyak negatipnya atau masih ada sisi positifnya? Tulisan tidak dimaksud untuk menggiring opini ke tahap perdebatan tentang dikeluarkannya surat edaran, tetapi sekedar membantu membuka wawasan untuk memahami latar belakang dikeluarkannya edaran tersebut. Penulis yakin bahwa surat edaran tersebut tentunya dikeluarkan setelah melalui kajian yang mendalam dan bertujuan untuk kebaikan bagi proses pendidikan di Garut.

Ponsel Dalam Kehidupan

Dewasa ini keberadaan telepon selular (celular phone) atau yang di kita lebih dikenal dengan telepon genggam (handphone)  sudah bukan hal yang asing. Hampir seluruh lapisan masyarakat mengenal dan menggunakannya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang disebut dengan telepon genggam atau telepon selular adalah telepon dengan antena tanpa kabel yang dapat dibawa kemana-mana. Telepon selular atau ponsel adalah sebuah perangkat telekomunikasi elektronik yang mempunyai kemampuan dasar yang sama dengan telepon fixed line, hanya bersifat nirkabel.

Perkembangan ponsel berjalan begitu cepat. Pada awalnya ponsel hanya untuk komunikasi lisan dan berkirim pesan singkat melalui fitur SMS (Short Messages Service). Akan tetapi, saat ini seakan kehidupan dilayani dari satu perangkat ponsel. Dengan berkembangnya sistem android, kita tidak hanya bisa nelpon dan sms, tetapi berbagai hal, seperti menonton film, mendengarkan musik, membaca buku, mengaji,  berselancar di internet dan lain-lain. Bahkan orang bisa mengontrol berbagai aktivitasnya dari ponsel yang dia bawa, seperti jual beli, belajar secara daring atau sekedar memeriksa CCTV di rumah.

Dampak Positif Penggunaan ponsel

Keberadaan ponsel semakin berkembang mengingat banyaknya aspek positif yang bisa dirasakan. Yang pertama ponsel mempermudah komunikasi. Di mana pun dan kapan pun orang bisa saling berkomunikasi. Bagi orangtua ponsel sangat membantu, misalnya saja ketika orang tua atau pihak keluarga akan menjemput anak ketika pulang sekolah/selesai melakukan kegiatan di luar rumah. Peran ini memang vital terutama bagi siswa yang relatif jauh rumahnya dari sekolah dan ada kendala transportasi. Untuk itu peranan ponsel  sangat penting sekali untuk memastikan di mana posisi siswa berada dan kapan jemputan diperlukan.

Ponsel juga sangat membantu menambah pengetahuan tentang perkembangan IPTEK. Karena bagaimanapun teknologi ini hari ini sudah merambah hingga kepelosok-pelosok desa. Dengan atau tanpa bimbingan guru seorang siswa bisa melakukan browsing tentang berbagai ilmu. Dalam kaitannya dengan proses pembelajaran, hal ini membantu siswa dalam memperluas wawasan keilmuan di samping yang diberikan guru di kelas.

Ponsel atau gadget yang lain bisa menjadi pengganti buku konvensional. Ponsel yang dilengkapi fitur seperti document Viewer dapat membantu pelajar dalam mempelajari materi dalam bentuk buku elektronik (ebook) atau pdf secara portable dengan mudah. Lewat layanan (e-book) seorang siswa bisa menyimpan ratusan buku di ponsel -nya. File-file e-book bisa dibawa dan dibuka kapan saja siswa membutuhkan tanpa harus berat memanggul di tas sekolah. Bahkan khusus untuk sekolah yang kekurangan buku paket, e-book sangat efektif sebagai pengganti. Bukankah pemerintah pun saat ini sedang ramai-ramai mengumandangkan program paperless yaitu pengurangan semaksimal mungkin penggunaan kertas konvensional untuk buku.

Ponsel mampu memperluas jaringan persahabatan. Melalui aplikasi media sosial (social media) yang tersedia di ponsel setiap orang bisa menjalin pertemanan dan persahabatan seluas mungkin dengan siapapun. Aplikasi Facebook, Tweter, WhatApp dan Istagram adalah aplikasi pertemanan yang banyak digunakan. Melalui aplikasi-aplikasi tersebut jaringan persahabatan bisa terjalin.

Manfaat lain dari ponsel bisa membantu pelajar untuk berlatih berbagai keterampilan. Melalui berbagai aplikasi yang  tersedia siswa bisa memanfaatkan ponsel untuk praktek English conversation dengan format Mp3 atau Mp4, belajar tentang fara’idz, tajwid,  kamus dan lain-lain. Penggunaan ponsel juga dimanfaatkan untuk menghilangkan kepenatan pelajar setelah belajar dengan mendengarkan music dengan fitur Mp3 player atau radio FM.

Dampak Negatif

Di samping positif tentu saja pemanfaatan ponsel  tidak sedikit negatifnya. Menurut psikolog ponsel dapat mengganggu perkembangan anak. Dengan canggihnya fitur-fitur yang tersedia di ponsel,  seperti : kamera dan  permainan  (games) akan mengganggu siswa dalam menerima pelajaran di sekolah. Tidak jarang mereka lebih disibukkan dengan menerima panggilan, sms, misscall dari teman mereka bahkan dari keluarga mereka sendiri. Sehingga konsentrasi terhadap pelajaran menjadi berkurang. Terlebih lagi apabila sekolah memiliki pengawasan yang kurang ketat sehingga waktu belajar pun banyak digunakan untuk bermain ponsel dan peserta didik yang kita hadapi behkan menjadi peserta didik yang taat dan patuh pada permainan teknologi ponsel. Dengan kata lain, kondisi ini akan mendorong lahirnya “budak  ponsel”.

Ada banyak ketika kasus ponsel digunakan untuk mencontek (curang) dalam ulangan/ujian. Hal ini sangat meresahkan karena berkaitan dengan nilai kejujuran. Sungguh sangat tidak tepat kalau teknologi dipakai untuk “kejahatan”.

Jika tidak ada kontrol dari guru dan orang tua ponsel bisa digunakan peserta didik untuk tujuan yang menyimpang.  Mereka memasukan file video porno kedalam ponsel dan menggunakan kata-kata yang tidak senonoh. Mereka dapat dengan mudah berbagi, mengirim atau menerima konten, baik tulisan maupun gambar, yang tidak senonoh dan tidak selayaknya dikonsumsi seorang pelajar. Ini adalah akibat yang paling berbahaya dalam penggunaan ponsel oleh para pelajar karena dekadensi moral di kalangan pelajar bisa semakin marak. Selain itu kalau hal tersebut dibiarkan, maka peserta didik akan dewasa sebelum waktunya.

Penggunaan ponsel juga menyebabkan pengeluaran menjadi bertambah atau lebih boros. Dengan anggaran orang tua yang serba minim para siswa memaksa orang tuanya untuk dapat dibelikan ponsel. Setelah ponsel ada para pelajar rutin meminta uang kepada orangtua untuk membeli pulsa setiap bulan,  bahkan mungkin setiap hari. Apalagi dengan canggihnya aneka ponsel zaman sekarang yang bisa dengan mudahnya berselancar di dunia maya yang akhirnya dapat menyedot kuota atau pulsa. Ponsel yang dipakai pun semakin canggih dan semakin sering diisi baterainya sehingga akan lebih boros listrik.

Keberadaan ponsel juga dapat mengalahkan buku. Banyak pelajar sekarang yang tidak mempunyai buku dengan alasan tidak punya uang. Anehnya dibalik itu kalau urusan membeli pulsa  tidak ada kata “ tidak punya uang “.

Di sisi lain ponsel sangat berpotensi mempengaruhi sikap dan perilaku siswa. Siswa ada kecendrungan menjadi senang pamer, mulai dari memamerkan hal yang positif sampai  negatif. Yang paling parah siswa merasa bahagia ketika berhasil memamerkan atau mengunggah aspek prilaku mereka yang negatif, seperti kasus bullying yang mereka lakukan kepada temannya yang lemah atau tindakan asusila seperti aksi seksualitas yang dilakukan, baik sendiri maupun dengan lawan jenis. Unggahan mengenai hal negatif tersebut parahnya seperti membuat mereka merasa gembira atau bahagia ketika banyak yang menyukainya di media sosial.
Ponsel berpotensi menimbulkan kerawanan terhadap tindak kejahatan. Ponsel merupakan perangkat yang mudah dijual dengan harga yang lumayan. Oleh karena itu, jangan heran kalau memancing munculnya tindak kejahatan, seperti pencurian. Pencurian ini dilakukan oleh sesama siswa baik dilakukan di dalam maupun di luar kelas.

Terakhir, sifat hedonisme pada anak/siswa dapat juga terbentuk karena ponsel. Ketika keluar gadget terbaru yang lebih canggih, mereka pun merengek-rengek meminta kepada orang tua, padahal mereka sebenarnya belum memahami benar manfaat setiap fitur-fitur baru secara menyeluruh. Pemanfaatan ponsel menjadi nomor sekian yang penting gengsi atau prestise naik 
.
Dari uraian sederhana di atas mudah-mudahan kita bisa memahami alasan Dinas Pendidikan mengeluarkan kebijakan larangan membawa ponsel. Dampak positif memang banyak, tapi negatifnya juga tidak sedikit. Di sinilah letak dilematisnya mengenai dilarang atau diperbolehkannya siswa membawa ponsel ke sekolah. Bisa dipastikan tidak semua setuju memang dengan edaran dinas ini, tapi tentunya kita pun bisa memahami alasan mengapa pihak dinas pendidikan mengeluarkan edaran. Para pengambil kebijakan di dinas yakin paham positifnya keberadaan ponsel, tetapi dalam hal ini aspek preventif untuk mencegah berkembangnya dampak negatif lebih dikedepankan. Lebih baik mencegah daripada mengobati, itulah barangkali ungkapan yang pas. Wallahualam.