Enang Cuhendi
Beberapa
waktu yang lalu melalui surat tertanggal 19 Januari 2018 Dinas Pendidikan
Kabupaten Garut mengeluarkan edaran larangan siswa membawa ponsel, gadget
dan alat komunikasi sejenis di lingkungan sekolah. Surat ditujukan kepada
seluruh kepala sekolah baik negeri maupun swasta yang ada di wilayah Kabupaten
Garut. Tujuan dikeluarkannya surat edaran sebagaimana tertulis adalah untuk
meningkatkan kualitas proses pendidikan di lingkungan sekolah dan meminimalisir
munculnya dampak negatif dari penggunaan teknologi komunikasi.
Setelah
membaca edaran tersebut, penulis tertarik untuk membuat tanggapan dan
menelusuri sejauh mana sebenarnya dampak positif dan negatif dari adanya
teknologi komunikasi tersebut. Apakah memang banyak negatipnya atau masih ada
sisi positifnya? Tulisan tidak dimaksud untuk menggiring opini ke tahap
perdebatan tentang dikeluarkannya surat edaran, tetapi sekedar membantu membuka
wawasan untuk memahami latar belakang dikeluarkannya edaran tersebut. Penulis
yakin bahwa surat edaran tersebut tentunya dikeluarkan setelah melalui kajian
yang mendalam dan bertujuan untuk kebaikan bagi proses pendidikan di Garut.
Ponsel Dalam Kehidupan
Dewasa
ini keberadaan telepon selular (celular
phone) atau yang di kita lebih dikenal dengan telepon genggam (handphone) sudah bukan hal yang asing. Hampir seluruh
lapisan masyarakat mengenal dan menggunakannya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang disebut dengan telepon
genggam atau telepon selular adalah telepon dengan antena tanpa kabel yang
dapat dibawa kemana-mana. Telepon selular atau ponsel adalah sebuah perangkat
telekomunikasi elektronik yang mempunyai kemampuan dasar yang sama dengan
telepon fixed line, hanya bersifat
nirkabel.
Perkembangan
ponsel berjalan begitu cepat. Pada awalnya ponsel hanya untuk komunikasi lisan
dan berkirim pesan singkat melalui fitur SMS (Short Messages Service). Akan tetapi, saat ini seakan kehidupan
dilayani dari satu perangkat ponsel. Dengan berkembangnya sistem android, kita
tidak hanya bisa nelpon dan sms, tetapi berbagai hal, seperti menonton film,
mendengarkan musik, membaca buku, mengaji,
berselancar di internet dan lain-lain. Bahkan orang bisa mengontrol
berbagai aktivitasnya dari ponsel yang dia bawa, seperti jual beli, belajar
secara daring atau sekedar memeriksa CCTV di rumah.
Dampak Positif Penggunaan ponsel
Keberadaan
ponsel semakin berkembang mengingat banyaknya aspek positif yang bisa
dirasakan. Yang pertama ponsel mempermudah komunikasi. Di mana pun dan kapan
pun orang bisa saling berkomunikasi. Bagi orangtua ponsel sangat membantu, misalnya
saja ketika orang tua atau pihak keluarga akan menjemput anak ketika pulang
sekolah/selesai melakukan kegiatan di luar rumah. Peran ini memang vital
terutama bagi siswa yang relatif jauh rumahnya dari sekolah dan ada kendala
transportasi. Untuk itu peranan ponsel sangat penting sekali untuk memastikan di mana
posisi siswa berada dan kapan jemputan diperlukan.
Ponsel
juga sangat membantu menambah pengetahuan tentang perkembangan IPTEK. Karena
bagaimanapun teknologi ini hari ini sudah merambah hingga kepelosok-pelosok
desa. Dengan atau tanpa bimbingan guru seorang siswa bisa melakukan browsing tentang berbagai ilmu. Dalam
kaitannya dengan proses pembelajaran, hal ini membantu siswa dalam memperluas
wawasan keilmuan di samping yang diberikan guru di kelas.
Ponsel
atau gadget yang lain bisa menjadi
pengganti buku konvensional. Ponsel yang dilengkapi fitur seperti document Viewer dapat membantu pelajar
dalam mempelajari materi dalam bentuk buku elektronik (ebook) atau pdf secara portable
dengan mudah. Lewat layanan (e-book)
seorang siswa bisa menyimpan ratusan buku di ponsel -nya. File-file e-book
bisa dibawa dan dibuka kapan saja siswa membutuhkan tanpa harus berat memanggul
di tas sekolah. Bahkan khusus untuk sekolah yang kekurangan buku paket, e-book sangat efektif sebagai pengganti.
Bukankah pemerintah pun saat ini sedang ramai-ramai mengumandangkan program paperless yaitu pengurangan semaksimal
mungkin penggunaan kertas konvensional untuk buku.
Ponsel
mampu memperluas jaringan persahabatan. Melalui aplikasi media sosial (social media) yang tersedia di ponsel
setiap orang bisa menjalin pertemanan dan persahabatan seluas mungkin dengan
siapapun. Aplikasi Facebook, Tweter, WhatApp dan Istagram adalah aplikasi
pertemanan yang banyak digunakan. Melalui aplikasi-aplikasi tersebut jaringan
persahabatan bisa terjalin.
Manfaat
lain dari ponsel bisa membantu pelajar untuk berlatih berbagai keterampilan.
Melalui berbagai aplikasi yang tersedia
siswa bisa memanfaatkan ponsel untuk praktek English conversation dengan format Mp3 atau Mp4, belajar tentang fara’idz, tajwid, kamus dan lain-lain. Penggunaan ponsel juga dimanfaatkan untuk menghilangkan
kepenatan pelajar setelah belajar dengan mendengarkan music dengan fitur Mp3
player atau radio FM.
Dampak Negatif
Di
samping positif tentu saja pemanfaatan ponsel tidak sedikit negatifnya. Menurut psikolog ponsel
dapat mengganggu perkembangan anak. Dengan canggihnya fitur-fitur yang tersedia
di ponsel, seperti : kamera dan permainan (games)
akan mengganggu siswa dalam menerima pelajaran di sekolah. Tidak jarang mereka lebih
disibukkan dengan menerima panggilan, sms, misscall
dari teman mereka bahkan dari keluarga mereka sendiri. Sehingga konsentrasi
terhadap pelajaran menjadi berkurang. Terlebih lagi apabila sekolah memiliki
pengawasan yang kurang ketat sehingga waktu belajar pun banyak digunakan untuk
bermain ponsel dan peserta didik yang kita hadapi behkan menjadi peserta didik
yang taat dan patuh pada permainan teknologi ponsel. Dengan kata lain, kondisi ini akan mendorong lahirnya “budak ponsel”.
Ada
banyak ketika kasus ponsel digunakan untuk mencontek (curang) dalam
ulangan/ujian. Hal ini sangat meresahkan karena berkaitan dengan nilai
kejujuran. Sungguh sangat tidak tepat kalau teknologi dipakai untuk
“kejahatan”.
Jika
tidak ada kontrol dari guru dan orang tua ponsel bisa digunakan peserta didik untuk
tujuan yang menyimpang. Mereka memasukan
file video porno kedalam ponsel dan
menggunakan kata-kata yang tidak senonoh. Mereka dapat dengan mudah berbagi,
mengirim atau menerima konten, baik tulisan maupun gambar, yang tidak senonoh
dan tidak selayaknya dikonsumsi seorang pelajar. Ini adalah akibat yang paling
berbahaya dalam penggunaan ponsel oleh para pelajar karena dekadensi moral di
kalangan pelajar bisa semakin marak. Selain itu kalau hal tersebut dibiarkan,
maka peserta didik akan dewasa sebelum waktunya.
Penggunaan
ponsel juga menyebabkan pengeluaran
menjadi bertambah atau lebih boros. Dengan anggaran orang tua yang serba minim
para siswa memaksa orang tuanya untuk dapat dibelikan ponsel. Setelah ponsel ada
para pelajar rutin meminta uang kepada orangtua untuk membeli pulsa setiap
bulan, bahkan mungkin setiap hari.
Apalagi dengan canggihnya aneka ponsel
zaman sekarang yang bisa dengan mudahnya berselancar di dunia maya yang
akhirnya dapat menyedot kuota atau pulsa. Ponsel yang dipakai pun semakin
canggih dan semakin sering diisi baterainya sehingga akan lebih boros listrik.
Keberadaan
ponsel juga dapat mengalahkan buku. Banyak pelajar sekarang yang tidak
mempunyai buku dengan alasan tidak punya uang. Anehnya dibalik itu kalau urusan
membeli pulsa tidak ada kata “ tidak
punya uang “.
Di
sisi lain ponsel sangat berpotensi mempengaruhi sikap dan perilaku siswa. Siswa
ada kecendrungan menjadi senang pamer, mulai dari memamerkan hal yang positif
sampai negatif. Yang paling parah siswa
merasa bahagia ketika berhasil memamerkan atau mengunggah aspek prilaku mereka
yang negatif, seperti kasus bullying yang
mereka lakukan kepada temannya yang lemah atau tindakan asusila seperti aksi
seksualitas yang dilakukan, baik sendiri maupun dengan lawan jenis. Unggahan
mengenai hal negatif tersebut parahnya seperti membuat mereka merasa gembira
atau bahagia ketika banyak yang menyukainya di media sosial.
Ponsel berpotensi menimbulkan kerawanan terhadap
tindak kejahatan. Ponsel merupakan
perangkat yang mudah dijual dengan harga yang lumayan. Oleh karena itu, jangan
heran kalau memancing munculnya tindak kejahatan, seperti pencurian. Pencurian
ini dilakukan oleh sesama siswa baik dilakukan di dalam maupun di luar kelas.
Terakhir,
sifat hedonisme pada anak/siswa dapat juga terbentuk karena ponsel. Ketika
keluar gadget terbaru yang lebih
canggih, mereka pun merengek-rengek meminta kepada orang tua, padahal mereka
sebenarnya belum memahami benar manfaat setiap fitur-fitur baru secara
menyeluruh. Pemanfaatan ponsel menjadi nomor sekian yang penting gengsi atau
prestise naik
.
Dari
uraian sederhana di atas mudah-mudahan kita bisa memahami alasan Dinas
Pendidikan mengeluarkan kebijakan larangan membawa ponsel. Dampak positif
memang banyak, tapi negatifnya juga tidak sedikit. Di sinilah letak
dilematisnya mengenai dilarang atau diperbolehkannya siswa membawa ponsel ke
sekolah. Bisa dipastikan tidak semua setuju memang dengan edaran dinas ini,
tapi tentunya kita pun bisa memahami alasan mengapa pihak dinas pendidikan
mengeluarkan edaran. Para pengambil kebijakan di dinas yakin paham positifnya
keberadaan ponsel, tetapi dalam hal ini aspek preventif untuk mencegah
berkembangnya dampak negatif lebih dikedepankan. Lebih baik mencegah daripada
mengobati, itulah barangkali ungkapan yang pas. Wallahualam.