Minggu, 13 Desember 2020

Perubahan dan Perkembangan Cara Bertani di Desa Simpen Kidul di Era Modern

 oleh Puput Ria Maharani - SMPN 3 Limbangan Kelas 9C

Simpen Kidul adalah salah satu desa di Kecamatan Balubur Limbangan, Garut, Jawa Barat. Desa ini sangat indah dari aspek pemandangannya. Alamnya masih asri dan udaranya masih segar, cocok untuk para wisatawan yang ingin memanjakan diri dari kepenatan kerja. 

Dari sisi kuliner Desa Simpen Kidul memiliki makanan khas, yaitu peuyeum ketan dan ulen. Jenis makanan khas desa yang banyak disukai masyarakat.

Warga Desa Simpen Kidul paling banyak bercocok tanam di sawah maupun di kebun. Bertani atau bercocok tanam merupakan rutinitas dan pekerjaan yang tidak asing lagi bagi masyarakat di sini. Seiring kemajuan zaman perubahan demi perubahan terjadi dalam kehidupan masyarakat Simpen Kidul, termasuk di sektor pertanian. Dengan perkembangan teknologi pastinya sangat membantu sektor pertanian di desa ini. Contohnya perubahan dalam hal membajak sawah, dulu para petani lebih memilih menggunakan tenaga manusia atau hewan (kerbau) untuk membajak sawah, tetapi sekarang sebagian sudah memilih tenaga traktor. 

Traktor adalah kendaraan yang didesain secara spesifik untuk keperluan traksi tinggi pada kecepatan rendah, atau untuk menarik trailer atau implemen yang digunakan dalam pertanian atau konstruksi.  Alat ini sangat membantu petani untuk membajak sawah dikarenakan sangat efisien dan efektif juga waktu yang singkat. Memang harganya tidak murah tetapi para petani melihat dari sisi lain, yaitu sisi jangka pemakaian yang lebih lama. Hal lain, traktor berbeda dengan tenaga manusia/hewan(kerbau) membutuhkan waktu yang lama tidak cukup efisien dan menguras tenaga, belum lagi upah yang harus dikeluarkan oleh para pemilik sawah untuk membayar upah para pekerja di sawah. Lebih lama mereka bekerja maka semakin besar juga upah yang harus dibayarkan. Itulah faktor yang menyebabkan para petani pemilik sawah memilih menggunakan traktor untuk membantu proses bercocok tanam mereka disawah. 

Ada juga perubahan lainnya, yaitu perubahan penggunaan pupuk. Dulu masyarakat di Desa Simpen Kidul lebih memilih menggunakan pupuk organik dikarenakan dulu masih belum ada pupuk kimia untuk mereka bercocok tanam. Pupuk organik yang digunakan contohnya dari kotoran hewan misalnya kotoran kelinci, ayam, marmoot, dan juga sapi. Setelah adanya pupuk kimia yang telah dikembangkan oleh para ahli masyarakat mulai lebih memilih untuk menggunakan pupuk kimia. Pupuk kimia dianggap lebih mudah didapat dan juga lebih efisien juga efektif untuk tanaman yang petani tanam. 

Perubahan lain yang terjadi misalnya dalam hal mengusir hama. Dulu para petani menggunakan orang-orangan sawah untuk mengusir hama. Saat ini pemanfaatan orang-orangan sawah tidak cukup efektif. Saat ini untuk mengusir hama  para petani sebagian memilih menggunakan caira kimia untuk mengusir hama, misalnya dengan menggunakan cairan yang bernama pestisida. Tentunya penggunakan obat/cairan kimia pasti ada dampak yang ditimbulkan dan meusak ekosistem hewan di sawah. 

Itulah beberapa perubahan perubahan dari segi sektor bertani di Desa Simpen Kidul. 


Kamis, 10 Desember 2020

Pesta Politik di Tengah Pandemi, Kok Bisa?

Rabu, 9 Desember 2020 sebagian wilayah di Indonesia melangsungkan pesta politik bertajuk Pilkada. Pilkada atau pemilihan kepala daerah ditujukan untuk memilih para pemimpin di daerah, baik tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Total daerah yang melaksanakan Pilkada serentak tahun 2020 sebanyak 270 daerah, terdiri dari 9 provinsi, 224 kabupaten dan 37 kota. 

Hasil Pilkada secara real count memang belum resmi dirilis Komisi Pemilihan Umum (KPU), namun di beberapa titik riak-riak kegembiraan mulai terlihat. Wajah-wajah sumringah bertabur senyum mengembang bisa dilihat dari pihak-pihak yang merasa sudah menang berdasarkan hasil hitung cepat (quick count) yang dikeluarkan banyak pihak. Di lain pihak wajah muram penuh kecewa muncul di pihak yang kalah. 

Apapun yang hasil Pilkada bukanlah fokus dari tulisan ini. Coretan sederhana ini mencoba mengamati pelaksanaan Pilkada-nya yang justru dilaksanakan di tengah maraknya pandemi Covid-19. Di satu sisi pandemi Covid-19 telah sukses menghentikan berbagai aktivitas manusia. Proses pendidikan formal resmi diubah menjadi pembelajaran jarak jauh berbasis dalam jaringan (online), sebagian orang dipaksa untuk bekerja dari rumah (work from home), helatan liga sepakbola dan pentas olah raga lain dihentikan, aktivitas peribadatan dibatasi, bahkan aneka aktivitas lainnya yang sifatnya mengumpulkan massa dibubarkan dan bahkan ada yang diancam untuk dipidanakan. 

Hal yang aneh ketika aktifitas lain dibatasi bahkan dihentikan, kok pesta politik yang namanya Pilkada justru sangat ditolerir untuk dilaksanakan? Bukankah Pilkada juga melibatkan massa dalam jumlah yang banyak? Bukankah Pilkada juga sangat berpotensi menjadi klaster baru penyebaran Covid-19? Memang protokol kesehatan dengan ketat dilaksanakan, tetapi potensi itu tentunya tetap ada bukannya menjadi tidak ada sama sekali.

Ironis memang, tapi itulah sebuah realita yang ada di panggung kehidupan suatu bangsa yang bernama Indonesia. Realita yang tidak jarang membuat kita berkerut kening. Realita yang juga seringkali mengundang banyak pertanyaan. Juga menjadi realita yang mungkin menyakitkan bagi sebagian pihak yang merasa dirugikan akibat aktivitas hidupnya dihentikan dengan alasan takut ada klaster penularan Covid-19 yang baru.

Apa yang menjadi dasar dilaksanakannya Pilkada, tentunya pemerintah dan KPU punya alasan tersendiri. Segudang alasan bisa dikemukakan untuk memperkuat argumentasi kenapa Pilkada harus dilaksanakan. Yang sebenarnya alasan yang sama juga sebenarnya mungkin bisa dipakai kalau ingin mengaktifkan kembali aspek kehidupan yang lain. Sebut saja contohnya perhelatan liga sepak bola Indonesia seperti yang dilakasanakan di luar negeri dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat. 

Kita hanya bisa berbaik sangka dengan semua kebijakan pemerintah ini. Yang mungkin ujung-ujungnya semua diperuntukkan bagi kebaikan masyarakat. Hanya saja segudang pertanyaan tetap menggantung, mengapa Pilkada kok bisa dilaksanakan, sementara yang lain harus dihentikan? Jawabannya, wallahu a'lam bish-shawabi. 

Cicalengka, 10 Desember 2020

Senin, 30 November 2020

Hattrick

 Oleh Enang Cuhendi


Hattrick adalah istilah dalam sepakbola. Biasanya ditujukan pada keadaan ketika seorang pemain mampu mencetak gol tiga kali dalam satu pertandingan. Hattrick merupakan prestasi yang luar biasa bagi seorang pemain,  apalagi berposisi striker atau penyerang. Kalau pemain bisa hattrick di setiap pertandingan dijamin bakal jadi Top Scorer dan menjadi pemain berharga mahal. 

Bobotoh atau pendukung Persib begitu bangga dengan Cristian Bekamenga,  Sergio Van Dick atau Ezzequel Enduasell yang sering melakukan hattrick. Dunia pun selalu mengagung-agungkan sosok Leonel Messi,  Cristiano Ronaldo,  Pele atau Maradona yang sering hattrick saat bermain. 

Akan tetapi, bagaimana kalau hattrick ini dicetak di dunia korupsi?  Apakah tetap menjadi kebanggaan?  Kasus di salah satu kota di negeri ini yang berdiri selama 16 tahun dengan dipimpin oleh tiga walikota dan ketiga-tiganya tersandung korupsi adalah hal yang ironis.  "Hattrick" tiga walikota masuk bui gegara korupsi tentu bukan kebanggaan,  tetapi aib yang luar biasa.  Apalagi berasal dari warna kaos partai yang sama. Sungguh drama komedi tidak lucu dalam pentas politik negeri ini. 

Kemarin ada berita seorang menteri menyusul menteri sebelumnya ditangkap karena korupsi.  Hari ini ada berita, negeri ini masuk tiga besar negara terkorup di Asia versi Lembaga Transparansi Internasional. Ini menjadi bumbu yang semakin tidak sedap bagi perkembangan negeri ini. Raihan "medali perunggu" untuk negeri terkorup di Asia memiliki cita rasa yang sangat beda dengan medali perunggu di Asian Games. Medali perunggu di AG adalah kebanggaan, tetapi ini adalah tamparan keras yang menyakitkan atas hasil dari sebuah peristiwa yang disebut Reformasi.  Niat hati menghapus KKN (Korupsi,  Kolusi dan Nepotisme) yang ada justru KKN semakin menggila.  

Kalau ditanya apa motivasi para "pejabat yang terhormat" tersebut korupsi.  Alasannya pasti tidak akan jauh dari seputar  harta,  tahta dan renata eh wanita. Memang ketiga hal ini bisa membawa seseorang ke puncak sukses,  tapi juga bisa menghinakan orang sehina-hinanya. 

Harta,  tahta dan wanita adalah sumber motivasi.  Bisa positif kalau dimaknai positif, juga bisa negatif kalau dimaknai negatif. Banyak orang yang meraih sukses luar biasa karena dorongan tiga faktor itu,  namun tidak sedikit yang jatuh terpuruk.  Semua kembali kepada kita bagaimana memaknainya. 

Kembali ke hattrick,  akankah semua KKN yang semakin menggila ini akan mendorong munculnya "hattrick" peristiwa dalam sejarah Indonesia. Setelah rezim orde lama tumbang di 1966, orde baru runtuh di 1998, berikutnya?  Wallahuallam.


Cicalengka, akhir November 2020

Senin, 23 November 2020

Download Buku Evaluasi dan Penelitian Pendidikan

Sahabat, bagi yang memerlukan e-book Evaluasi dan Penelitian Pendidikan, saya postingkan beberapa buku yang mudah-mudahan bermanfaat, silakan rekan-rekan unduh melalui tautan judul bukunya langsung. 

Selamat mengunduh & melengkapi koleksi perpustakaan digital Anda, semoga bermanfaat! 

1. Metodologi Penelitian 

2. Metodologi Penelitian Kualitatif

3. Metodologi Penelitian Kualitatif - Kuantitatif

4. Metode Penelitian Studi Kasus

5. Penelitian Tindakan Kelas

6. Metode Penelitian

7. Buku Ajar Evaluasi Pembelajaran

8. Evaluasi Pembelajaran

9. Evaluasi Pembelajaran

10 Evaluasi Pembelajaran

11 Evaluasi Pembelajaran

Sabtu, 21 November 2020

Download Aneka E-Book Sejarah Islam di Indonesia

Islam dan Kaum Muslimin mempunyai sejarah yang panjang di Nusantara. Peranannya tidak main-main dalam perjalanan bangsa ini. Islam memberikan inspirasi yang besar dalam mengantarkan bangsa ini menjadi bangsa Indonesia. Islam juga mampu memposisikan diri sebagai kekuatan agama yang mengintegrasikan dan mempertahankan keutuhan bangsa Indonesia dalam bingkai utuh Negara Kesatuan Republik Indonesia. 

Melacak sejarah Islam di Nusantara bukan hal yang mudah. Sampai hari ini ada beberapa PR (Pekerjaan Rumah) besar yang belum terpecahkan. Beberapa pertanyaan yang menjadi PR untuk dicarikan jawabannya adalah. darimana Islam datang? Siapa yang membawanya dan kapan kedatangannya?

Sebagai seorang muslim kita punya kewajiban untuk mempelajari dan mengkaji, minimal mengetahui sejarah Islam di Nusantara. untuk itu penulis lampirkan beberapa buku elektronik terkait sejarah Islam di Indonesia untuk melengkapi perpustakaan digital sahabat semua. Silakan diunduh semoga bermanfaat! Tinggal klik saja tautan/link-nya

1. Sejarah Islam di Nusantara

2. Sejarah Peradaban Islam

3. Kerajaan-kerajaan Islam di Pulau Jawa

4. Kerajaan Islam di Nusantara

5. Negara Islam di Jawa 1500-1700

6. Sejarah Islam Indonesia I

7. Teori masuknya Islam ke Nusantara

8. Sejarah Perkembangan Islam di Jawa Barat

9. Sejarah Islam di Asia Tenggara

Jumat, 20 November 2020

š—”š—øš˜š—¶š˜ƒš—¶š˜š—®š˜€ Mš—®š˜€š˜†š—®š—暝—®š—øš—®š˜ Kš—®š—ŗš—½š˜‚š—»š—“ Cš—¶š—øš—®š—¹š—²š—±š—¼š—»š—“ Dš—®š—¹š—®š—ŗ Mš—²š—»š—“š—µš—®š—±š—®š—½š—¶ Gš—¹š—¼š—Æš—®š—¹š—¶š˜€š—®š˜€š—¶ š—±š—®š—» Pš—²š—暝˜‚š—Æš—®š—µš—®š—» Sš—¼š˜€š—¶š—®š—¹ Bš˜‚š—±š—®š˜†š—®

 Oleh Asti Tatia

Kelas 9a SMPN 3 Limbangan, Garut

 

š—¦aat ini masyarakat sedang menghadapi kehidupan kearah yang lebih modern. Dalam hal ini globalisasi dan perubahan sosial budaya masuk ke dalam kehidupan masyarakat. Ini dapat dilihat mulai dari cara berpakaian, kehidupan sehari hari, gaya bahasa, tingkah laku, dan adanya perubahan cara melakukan sesuatu.

Sama dengan halnya kehidupan di masyarakat tempat tinggal saya. Saat ini masyarakat sedang mengalami perubahan sosial budaya akibat efek globalisasi. Masyarakat mulai mengikuti gaya hidup modern, seperti dalam hal menggunakan alat komunikasi canggih, memanfaatkan situs media sosial, atau gaya berbelanja yang menggunakan teknologi belanja online dengan aplikasi berbelanja untuk memudahkan berbelanja jauh lebih mudah.

Selain itu masyarakat di tempat tinggal saya, khususnya para petani, sekarang menggunakan teknologi canggih untuk membajak sawah dengan mudah yang awalnya menggunakan hewan yaitu kerbau. Begitu pun dengan kehidupan remajanya yang mulai terpengaruh budaya  globalisasi dan perubahan budaya, termasuk saya sendiri. Di mana saat ini kalangan remaja di tempat tinggal saya sudah masuk kehidupan yang jauh lebih modern. Saat ini kalangan remaja sudah menggunakan teknologi canggih berupa alat komunikasi berbasis android untuk memudahkan berkomunikasi dengan orang lain, terutama sekarang saat dalam fase pembelajaran belajar daring sehingga alat komunikasi saat ini sangat di butuhkan.

Selain itu, remaja di tempat tinggal saya pun mengalami perubahan pada moral, prilaku, dan bahasa yang di gunakannya. Saat ini kalangan remaja mengikuti gaya bahasa yang datang dari luar seperti pengucapan kata "aku"menjadi "gue" atau "kamu"menjadi"loe". Juga gaya bahasa pengucapan lainya, seperti yang mengandung kata tidak baik untuk di ucapkan kepada seseorang. seperti halnya pengucapan kata-kata kasar dengan menyebutkan nama hewan kepada seseorang dengan niat menjelekan atau mencaci kepada orang tersebut.

Dengan hal itu kita bisa lihat bahwa pengaruh dari globalisasi dapat menyebabkan perubahan sosial yang berdampak negatif bagi moral seseorang. Karna pergaulan yang salah terutama dalam berkomunikasi di media sosial. Bukan hanya karena itu saja, globalisasi dapat berdampak buruk, tetapi juga pemikiran masyarakatnya yang lebih penting. Masyarakat harus memanfaatkan globalisasi untuk melakukan hal fositif. Jika pemikiran masyarakatnya positif maka globalisasi tidak akan berdampak buruk. Jika pemikiran masyaraktnya negatif dan menggunakan globalisasi dengan cara yang salah maka globalisasi dapat berdampak buruk. Oleh karena itu yang menyebabkan baik buruknya dampak globalisasi adalah bagaimana masyarakat memamfaatkanya.

Oleh karena itu kita sebagai masyarakat harus pandai dalam menghadapi globalisasi agar tidak berdampak buruk kepada masyarakat.

Selain itu juga kalangan remaja di kampung saya lebih mengikuti perkembangan zaman sehingga mengabaikan seni budaya yang ada di kampung sendiri. Di kampung saya terdapat kesenian Singa Depok yang terus turun temurun yang selalu di tampilkan pada saat perayaan tujuh belas agustusan atau acara khitanan. Saat ini kebanyakan yang melestarikan kebudayaan tersebut hanya orang tuanya di bandingkan pra remajanya. Sehingga seni singa depok tidak dikenal dan di lestarikan remaja karena remajanya terlalu tertarik pada zaman modern dibanding dengan seni budayanya sendiri.

Bukan hanya itu saja tapi di daerah tempat tinggal saya juga,dengan adanya globalisasi dan alat teknologi canggih semakin berkembang, seperti halnya pada permainan. Sekarang menjadi lebih berkembang yang tentunya kalangan remaja dan anak-anak menyukai teknologi tersebut sehingga terlalu menyukainya membuat kalangan remaja dan anak anak aktivitas belajarnya berkurang karna lebih asik bermain game. Ada pula di kampung saya kalangan remaja anak anak lebih sering bermain game di warnet sehingga menjadi kecanduan sampai meninggalkan pelajaran dan bolos sekolah.

Dengan mengetahui hal tersebut saya dapat menyimpulkan bahwa perubahan sosial budaya dan globalisasi yang masuk ke dalam kehidupan masyarakat di tempat tinggal saya terdapat dampak negatif di dalamanya di antaranya:

Dengan mengetahui hal tersebut  saya dapat menyimpulkan bahwa perubahan sosial budaya dan globalisasi yang masuk ke dalam kehidupan masyarakat di tempat tinggal saya terdapat dampak negatif di dalamanya di antaranya:

  • Pš—®š—±š—® š—øš—®š—¹š—®š—»š—“š—®š—» š—暝—²š—ŗš—®š—·š—® š—±š—²š—»š—“š—®š—» š—®š—±š—®š—»š˜†š—® š—“š—¹š—¼š—Æš—®š—¹š—¶ š˜€š—®š˜€š—¶ š˜†š—®š—»š—“ š—±š—®š—½š—®š˜ š—±š—®š—½š—®š˜ š—ŗš—²š—»š˜†š—²š—Æš—®š—Æš—øš—®š—» š—½š—²š—暝˜‚š—Æš—®š—µš—®š—» š˜€š—¶š—øš—®š—½ š—ŗš—¼š—暝—®š—¹ š—±š—®š—» š˜š—¶š—»š—“š—øš—®š—µ š—¹š—®š—øš˜‚ š˜€š—²š˜€š—²š—¼š—暝—»š—“, š—øš—®š—暝—»š—® š—½š—²š—暝—“š—®š˜‚š—¹š—®š—» š˜†š—®š—»š—“ š˜š—¶š—±š—®š—ø š—Æš—®š—¶š—ø š—±š—®š—¹š—®š—ŗ š—Æš—²š—暝—øš—¼š—ŗš˜‚š—»š—¶š—øš—®š˜€š—¶, š—Æš—®š—¶š—ø š—±š—®š—¹š—®š—ŗ š—ŗš—²š—±š—¶š—® š˜€š—¼š˜€š—¶š—®š—¹ š—®š˜š—®š˜‚ š—øš—²š—µš—¶š—±š˜‚š—½š—®š—» š˜€š—²š—µš—®š—暝—¶ š—µš—®š—暝—¶.
  • š—£š—®š—±š—® š—ŗš—®š˜€š˜†š—®š—暝—®š—øš—®š˜ š—·š—¶š—øš—® š˜š—²š—暝—¹š—®š—¹š˜‚ š—Æš—®š—»š˜†š—®š—ø š—Æš—²š—暝—Æš—²š—¹š—®š—»š—·š—® š—ŗš—²š—»š—“š—“š˜‚š—»š—®š—øš—®š—» š˜€š—¼š˜€š—¶š—®š—¹ š—ŗš—²š—±š—¶š—® š—Æš—¶š˜€š—® š—Æš—²š—暝—½š—¼š˜š—²š—»š˜€š—¶ š˜€š˜‚š—øš—® š—ŗš—²š—ŗš—Æš—²š—¹š—¶ š—½š—暝—¼š—±š˜‚š—ø š—¹š˜‚š—®š—æ š—»š—²š—“š—暝—¶ š—±š—¶ š—Æš—®š—»š—±š—¶š—»š—“ š—½š—暝—¼š—±š˜‚š—ø š—±š—®š—¹š—®š—ŗ š—»š—²š—“eš—暝—¶ š—øš—®š—æeš—»š—® š˜š—²š—暝—¹š—®š—¹š˜‚ š—Æš—®š—»š˜†š—®š—ø š—øš—²š—¶š—»š—“š—¶š—»š—®š—» š—®š˜š—®š˜‚ š—øš—²š˜š—²š—暝˜š—®š—暝—¶š—øš—®š—» š—½š—®š—±š—® š—½š—暝—¼š—±š˜‚š—ø. Jš˜‚š—“š—® š—Æš—²š—暝—½š—¼š˜š—²š—»š˜€š—¶ š˜š—²š—暝—·š—®š—±š—¶ š—½š—²š—»š—¶š—½š˜‚š—®š—» š—Æš—¶š—¹š—® š˜š—¶š—±š—®š—ø š—±š—¶š—½š—²š—暝—µš—®š˜š—¶š—øš—®š—» š˜€š˜‚š—ŗš—Æš—²š—æ š—½š—²š—»š—·š˜‚š—®š—¹š—®š—»š˜†š—® š—±š—®š—暝—¶ š˜€š—¶š—®š—½š—®. Jš˜‚š—“š—® š—±š—®š—½š—®š˜ š—ŗš—²š—»š˜‚š—ŗš—Æš˜‚š—µš—øš—®š—» š˜€š—¶š—øš—®š—½ š—µš—¶š—±š˜‚š—½ š—Æš—¼š—暝—¼š˜€ š—·š—¶š—øš—® š—Æš—²š—¹š—®š—»š—·š—® š˜š—¶š—±š—®š—ø š˜š—²š—暝—øš—²š—»š—±š—®š—¹š—¶Jš—¶š—øš—® š˜š—²š—暝—¹š—®š—¹š˜‚ š˜€š—²š—暝—¶š—»š—“ š—ŗš—²š—ŗš—Æš—²š—¹š—¶ š—½š—暝—¼š—±š˜‚š—ø š—¹š˜‚š—®š—暝—»š—²š—“š—暝—¶ š—ŗš—®š—øš—® š—½š—²š—»š—“š—µš—®š˜€š—¶š—¹š—®š—» š˜†š—®š—»š—“ š—±š—¶š—±š—®š—½š—®š˜š—øš—®š—®š—» š—±š—®š—¹š—®š—ŗ š—»š—²š—“š—®š—暝—® š—Æš—²š—暝—½š—¼š˜š—²š—»š˜€š—¶ š—øš—²š—°š—¶š—¹.
  • š——š—²š—»š—“š—®š—» š—®š—±š—®š—»š˜†š—® š—“š—¹š—¼š—Æš—®š—¹š—¶ š˜€š—®š˜€š—¶ š—±š—®š—» š—½š—²š—暝˜‚š—Æš—®š—µš—®š—» š˜€š—¼š˜€š—¶š—®š—¹ š—Æš˜‚š—±š—®š˜†š—® š—øš—®š—¹š—®š—»š—“š—®š—» š—暝—²š—ŗš—®š—·š—® š—ŗš—²š—»š—·š—®š—±š—¶ š˜š—¶š—±š—®š—ø š—½š—²š—±š˜‚š—¹š—¶ š˜š—²š—暝—µš—®š—±š—®š—½ š—øš—²š˜€š—²š—»š—¶š—®š—» š—Æš˜‚š—±š—®š˜†š—® š˜€š—²š—µš—¶š—»š—“š—“š—® š˜€š—²š—»š—¶ š—Æš˜‚š—±š—®š˜†š—® š˜š—²š—暝—®š˜€š—¶š—»š—“š—øš—®š—» š—±š—®š—» š˜š—¶š—±š—®š—ø š˜š—²š—暝—¹š—²š˜€š˜š—®š—暝—¶š—øš—®š—».

š€šššš©š®š§ šššš¦pššš¤ šŸšØš¬š¢š­š¢š© šššš«š¢ šššššš§š²šš š š„šØš›ššš„š¢š¬ššš¬š¢ šššš§ š©šžš«š®š›ššš”ššš§ š¬šØš¬š¢ššš„ š›š®šššš²šš š©ššššš š¦ššš¬š²ššš«ššš¤ššš­ š¤ššš¦š©š®š§š  šœš¢š¤ššš„šžššØš§š  :

  • š€šššš§š²šš š­šžš¤š§šØš„šØš š¢ š²ššš§š  š¬šžš¦ššš¤š¢š§ šœššš§š š š¢š” š¦šžš¦š›ššš§š­š® š¦ššš¬š²ššš«ššš¤ššš­ š¤ššš¦š©š®š§š  šœš¢š¤ššš„šžššØš§š  š¦šžš¦š®šššš”š¤ššš§ š¦šžš„ššš¤š®š¤ššš§ š©šžš¤šžš«š£ššššš§ š¬šžš©šžš«š­š¢ šœšØš§š­šØš”š§š²šš.
  • š¦šžš¬š¢š§ š©šžš¦š›ššš£ššš¤ š¬ššš°ššš” š¦šžš¦š®šššš”š¤ššš§ š©šžš­ššš§š¢ š¦šžš¦š›ššš£ššš¤ š¬ššš°ššš” š£š®š šš ššš„ššš­ š¤šØš¦š®š§š¢š¤ššš¬š¢ š¦šžš¦š®šššš”š¤ššš§ š©šžš„ššš£ššš« š›šžš«š¤šØš¦š®š§š¢š¤ššš¬i š­šžš«š®š­ššš¦šš š¬ššššš­ š›šžš„ššš£ššš« šššš«š¢š§š  š¬ššššš­ š¢š§š¢š£š®š šš š¬šžš©šžš«š­š¢ š”ššš„š§š²šš š­šžš¤š§šØš„šØš š¢ š¦šžš¬š¢š§ š£ššš”š¢š­ š¢š›š® š¬ššš²šš š²ššš§š  š¦šžš¦š®šššš”š¤ššš§ š¢š›š® š¬ššš²šš  š¦šžš§š£ššš”š¢š­ š©ššš¤ššš¢ššš§.
  • š€šššš§š² š š„šØš›ššš„š¢š¬ššš¬š¢ šššš©ššš­ š¦šžš§š š”ššš¬š¢š„š¤ššš§ š“šžš«š›š®š¤ššš§š²šš š„ššš©ššš§š ššš§ š¤šžš«š£šš šššš§ š„šØš°šØš§š ššš§ š¤šžš«š£šš š›ššš š¢ š¦ššš¬š²ššš«ššš¤ššš­ š¤ššš¦š©š®š§š  šœš¢š¤ššš„šžššØš§š .
  • šŒšžš¦š®šššš”š¤ššš§ š¦ššš¬š²ššš«ššš¤ššš­  š›šžš«š›šžš„ššš§š£šš šØš§š„š¢š§šž š¬šžš”š¢š§š š šš š¤šžš›š®š­š®š”ššš§ š­šžš«š©šžš§š®š”š¢ ššžš§š ššš§ š¦š®šššš”.

Rabu, 18 November 2020

Modernisasi di Dalam Kehidupan Masyarakat Desa Ciaro

Oleh Laora Rafela

(Kelas 9F-SMPN 3 Limbangan, Garut)

Ciaro merupakan sebuah desa yang berada di Kecamatan Nagreg, Kabupaten Bandung. Kini kehidupan masyarakat di desa ini telah mengalami perubahan yang cenderung menjadi masyarakat desa modern. Dengan kata lain telah terjadi modernisasi di Desa Ciaro.

Menurut Soerjono Soekanto, modernisasi adalah perubahan-perubahan di dalam masyarakat mengenai perubahan norma sosial, nilai sosial, susunan lembaga yang ada di masyarakat, pola perilaku sosial, dan segala aspek di dalam kehidupan sosial. Sedangkan menurut Wilbert E Moore yang menyebutkan modernisasi adalah suatu transformasi total kehidupan bersama yang tradisional atau pra modern dalam arti teknologi serta organisasi sosial ke arah pola-pola ekonomis dan politis yang menjadi ciri negara barat yang stabil.

Ada proses dan banyak faktor yang melatarbelakangi terbentuknya modernisasi di Desa Ciaro. Menurut Bahreint T. Sugihen, (1997: 55) ada tiga tahap utama proses perubahan, yaitu berawal dari diciptakannya atau lahirnya sesuatu, mungkin sesuatu yang diidamkan atau sesuatu kebutuhan, yang kemudian berkembang menjadi suatu gagasan (idea, concept) yang baru. Bila gagasan itu sudah menggelinding seperti roda yang berputar pada sumbunya, sudah tersebar di kalangan anggota masyarakat, proses perubahan tersebut sudah memasuki tahapan yang kedua. Tahapan berikutnya sebagai tahapan ketiga yang disebut sebagai hasil (result, concequences) yang merupakan perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem sosial yang bersangkutan sebagai akibat dari diterimanya atau ditolaknya suatu inovasi. Apa yang disampaikan Bahreint T. Sugihen tersebut jelas dirasakan oleh masyarakat Desa Ciaro.

Dari penjelasan di atas perubahan terlihat jelas adanya modernisasi pada masyarakat Desa Ciaro yang dapat dilihat dalam perubahan norma sosial, nilai sosial, susunan lembaga yang ada di masyarakat, pola perilaku sosial, dan segala aspek di dalam kehidupan sosial.

Contoh terjadinya modernisasi di Desa Ciaro antara lain adalah sebagai berikut;

1.      Penduduk mempergunakan facebook untuk melakukan kampanye politik pemilihan kepala desa yang akan segera dilaksanakan tahun 2021.

2.      Penghitungan hasil produksi barang hasil pangan Desa Ciaro mulai mempergunakan teknologi komputer bukan lagi mempergunakan jasa-jasa akuntansi manual,

3.      Perubahan pedagang keliling yang mempergunakan sepeda akan tetapi pada saat ini menggunakan kendaran bermotor dengan tujuan mempersingkat waktu yang dipergunakan.

4.      Dalam berjualan produk olahan masyarakat Desa Ciaro sudah menggunakan HP dengan aplikasi WA ataupun FB, massanger, dan Instagram.

5.      Anggota masyarakat Desa Ciaro yang masih bersekolah dari tingkat PAUD sampai dengan perkuliahan menggunakan media online dalam proses kegiatan pembelajaran dalam masa pandemi Corona.

6.      Masyarakat Desa Ciaro mempergunakan aplikasi google maps untuk petunjuk jalan dibandingkan dengan bertanya kepada orang lain (masyarakat lainnya).

7.     Dalam pertanian masyarakat Desa Ciaro menggunakan alat modern seperti: traktor dan mesin penggiling padi.

8.     Alat alat rumah tangga yang digunakan masyarakat Desa Ciaro sudah mengalami modernisasi diantaranya: penggunaan blender, rice cooker, mesin cuci, televisi, kulkas dan alat elektronik lain nya.

Manfaat dari adanya modernisasi bagi masayarakat Desa Ciaro di antaranya:

1.     Perubahan perilaku dan cara hidup masyarakat dengan IPTEK
Kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi berkontribusi positif dalam memudahkan kehidupan masyarakat desa ciaro, baik dalam berkomunikasi maupun dalam bidang pekerjaan.

2.      Perubahan nilai dan sikap kearah positif
Terbentuknya sikap terbuka akan perubahan dan keinginan untuk terus berinovasi guna mencapai kesejahteraan yang dicita-citakan.

3.      Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pekerjaan individu
Efektivitas dan efisiensi proses produksi dapat meningkatkan perekonomian desa ciaro

Terlepas dari dampak positif modernisasi di Desa Ciaro, ada juga dampak negatif yang terlihat jelas, yaitu adanya pergeseran nilai-nilai kebudayaan lokal, adat kebiasaan dan sikap warga yang lebih tidak peduli, terkikisnya nilai, adat istiadat dan kebudayaan lokal masyarakat desa ciaro yang diturunkan secara turun-temurun.

Demikian bahasan mengenai modernisasi yang ada dalam kehidupan masyarakat Desa Ciaro.


Selasa, 17 November 2020

K.H. AHMAD DAHLAN, SOSOK SANG PENCERAH

Siapa yang tidak mengenal Muhammadyah. Muhammadiyah adalah garda depan (mainstream) gerakan civil society Indonesia. Lebih dari satu abad usianya menandakan bahwa organisasi gerakan Islam ini telah lulus melewati ujian zaman. Di antara sekian banyak kontibusi Muhammadiyah terhadap bangsa ini, pendidikan adalah yang paling menonjol. Lembaga pendidikan dengan nama Muhammadyah banyak bertebaran di seluruh Nusantara dari mulai TK sampai perguruan tinggi. Sejak awal didirikan Muhammdyah merupakan gerakan Islam yang menempuh medan perjuangan terutama melalui jalur pendidikan.

Berbicara Muhammdyah tidak lepas dari sosok K.H. Ahmad Dahlan sebagai pendiri. KH. Ahmad Dahlan putra pribumi asli kelahiran Yogyakarta, 1868. Nama kecilnya adalah Muhammad Darwis. Ia adalah putera keempat dari K.H. Abu Bakar, seorang ulama dan khatib terkemuka di Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta pada masa itu.

Pada usia ke-15 tahun, ia pergi haji dan tinggal di Mekah selama lima tahun. Pada periode inilah Muhammad Darwis muda mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha dan Ibnu Taimiyah. Pada tahun 1903 ia berangkat kembali ke Mekah dan menetap di sana selama 2 tahun. Pada keberangkatan kedua ini tampaknya ia sengaja ingin memperdalam ilmu pengetahuan. Pada masa ini, ia sempat berguru kepada Syeh Ahmad Khatib yang juga guru dari pendiri NU, KH. Hasyim Asyari. Ia juga makin intens membaca berbagai literatur karya para pembaharu Islam seperti Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, dan Jamaluddin al-Afghani. Pemikiran para pembaharu inilah yang kemudian menginspirasi Ahmad Dahlan untuk melakukan pembaharuan di Indonesia.

Kisah lengkap dari tokoh berjuluk "Sang Pencerah" ini selanjutnya bisa dibaca pada biografinya berikut ini, klik K.H. Ahmad Dahlan

MUHAMMAD NATSIR, SANG MENTERI DENGAN BAJU TAMBALAN

Dalam sejarah Indonesia ada sosok yang dikenal dengan nama Muhammad Natsir. Ia hidup (17 Juli 1908–6 Februari 1993), sebagai seorang yang puritan. Hidup lurus dan sederhana menjadi pilihan, padahal memiliki jabatan untuk memungkinkan hidup layak.  Bahkan kalau mau lebih dari layak pun tentu ia bisa.

George Mc Turnan Kahin, seorang Indonesianis asal Amerka Serikat, sangat mengagumi sosok Natsir. Kahin begitu terkesan dengan pertemuan pertamanya dengan Natsir ketika menjabat Menteri Penerangan RI era Bung Karno.  ”Ia memakai kemeja bertambalan, sesuatu yang belum pernah saya lihat di antara para pegawai pemerintah mana pun,” kata Kahin.

Kalau ingin mengetahui perjalanan hidup Muhammad Natsir silakan unduh/download e book nya. Klik Muhammad Natsir


HBD SANG COVID-19!

Oleh Enang Cuhendi

 

Hari ini, hari lahir Sang Covid-19 ke dunia. Tepat setahun usianya sejak pertama kali dikonfirmasi kemunculannya di Wuhan, China pada 17 November 2019. Peringatan HBD atau milad si mungil yang “gaib” ini tentunya tidak perlu adanya ritual  tiup lilin, potong kue apalagi sambil joget dengan musik hingar bingar. Yang ada justru rasa prihatin yang luar biasa, karena ternyata dalam setahun si Covid-19 ini telah menyebabkan munculnya 54,8 juta kasus terkonfirmasi positif, 35,2 juta sudah dinyatakan sembuh dan 1,32 juta meninggal dunia di dunia. Ini data WHO sampai hari ini sekira pukul 08.00 WIB. Untuk Indonesia sampai Selasa, 17 November 2020 tercatat total kasus mencapai 471 ribu, 395 ribu dinyatakan sembuh dan 15.296 meninggal dunia.

Dalam rentang setahun itu kehadiran si Covid-19 begitu menghebohkan dunia. Makhluk super mini yang tak terlihat dengan netra kita secara normal ini benar-benar kehadirannya sudah mengguncang dunia. Berbagai aspek kehidupan banyak yang terpengaruh dan mengalami kelumpuhan, kondisi perekonomian di banyak negara jatuh terpuruk, dunia pendidikan sempat terhenti dan berubah pola menjadi berbasis daring, bahkan aktivitas manusia pun hampir terhenti total. Sungguh luar biasa kehadiran makhluk Tuhan yang satu ini.

Covid-19 atau Coronavirus merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Pada manusia biasanya menyebabkan penyakit infeksi saluran pernapasan, mulai flu biasa hingga penyakit yang serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Sindrom Pernafasan Akut Berat/ Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus jenis baru yang ditemukan pada manusia sejak kejadian luar biasa muncul di Wuhan Cina, kemudian diberi nama Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-COV2), dan menyebabkan penyakit Coronavirus Disease-2019 (COVID-19). Sejak Selasa, 11 Februari 2020 Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus kepada wartawan di Jenewa, Swiss mengumumkan bahwa "Covid-19" menjadi nama resmi baru untuk coronavirus. Tedros mengatakan, nama itu telah dipilih untuk menghindari referensi ke lokasi geografis tertentu, spesies hewan, atau sekelompok orang sesuai dengan rekomendasi internasional untuk penamaan dan menghindari stigmatisasi. (www.kompas.com , 30 Januari 2020)

Sejak ditemukan di Wuhan persebaran Covid-19 luar biasa cepat. Dalam rentang hitungan waktu yang tidak lama hampir seluruh dunia terkena imbasnya. Di Indonesia sendiri Covid-19 mulai terdeksi masuk pada 2 maret 2020, usai ada laporan warga negara Jepang dinyatakan positif. Kemudian disinyalir dari warga negara Jepang tersebut menyebar ke dua orang WNI.yang berhubungan dengannya. Untuk informasi, sebelum ke Indonesia, WNA Jepang ini bermukim di Malaysia sejak 14 Februari 2020 lalu. DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat merupakan provinsi-provinsi dengan jumlah korban Covid-19 terbanyak.

Merayakan ulang tahun Covid-19 sekali lagi tidak perlu adanya ritual tiup lilin, potong kue apalagi sambil joget dengan musik hingar bingar. Jangan juga menyanyikan lagu panjang umur. Cukup semua lapisan masyarakat menerapkan protokol kesehatan. Jalankan program 3M: selalu memakai masker, sering-sering mencuci tangan dengan sabun, dan selalu menjaga jarak di kerumunan. Jangan lupa pula kita berdoa agar si Covid-19 cepat mengakhiri petualangannya dan memberikan hikmah terbaik bagi kehidupan.

Cicalengka, 17 November 2020