Rabu, 19 Oktober 2011

Sajak Kecil Buat Guru dan Kurikulum

Guru dan kurikulum adalah bagian yang seakan tak terpisahkan. Keseharian kerja guru senantiasa berkaitan dengan upaya mengejar target kurikulum. Kalau target tersebut tidak tercapai rasanya seperti ada "dosa besar" yang telah diperbuat. Pertanyaannya, apakah aktivitas guru yang berupaya mengejar target kurikulum itu salah? Jawabannya tentu saja tidak. Akan tetapi kalau guru hanya berkutat dengan upaya mengejar target kurikulum semata tidak juga bisa dibenarkan. 
Untuk itu saya jadi teringat akan sebuah puisi yang pernah saya temukan pada sebuah file power point yang diberikan teman beberapa waktu yang lalu. Puisi tersebut isinya berkaitan dengan guru dan kurikulum. Saya kutip isinya sebagi berikut:

Yoko S. Passandaran:
SAJAK KECIL BUAT GURU TENTANG KURIKULUM

Kurikulum bukan kitab suci
Pemerintah bukan Dewa atau Tuhan
Negara bukan agama
Pengawas dan kepala sekolah bukan malaikat
Sekolah bukan surga atau neraka

Apa yang harus kau takutkan?
Jangan kaubiarkan hatimu cemas
Jangan kaubiarkan langkahmu gamang

Tatap bola mata anak-anak itu
Pijarnya menyiratkan
Mereka ingin kaujadikan manusia
Mereka ingin menjadi diri sendiri 

Apa yang harus kau risaukan?
Biarkan otak mereka mengolah isi dunia
Biarkan tangan mereka mengaji alam semesta
Biarkan hati mereka menggapai Sang Maha Pencipta

Ajari mereka dengan kearifan matahari
tentang apa yang perlu dan yang tidak perlu dikelola dengan bijaksana
Ajari mereka dengan tembang kasih sayang
tentang perbedaan bukan untuk dipertentangkan
Untuk masa depan mereka
Untuk masa depan bangsa
Untuk masa depan manusia

Kurikulum bukan kitab suci
Pemerintah bukan Dewa atau Tuhan
Negara bukan agama
Pengawas dan kepala sekolah bukan malaikat
Sekolah bukan surga atau neraka

Tatap bola mata anak-anak itu
Pijarnya menyiratkan
Mereka ingin kaujadikan manusia
Mereka ingin menjadi diri sendiri

Jangan kaubiarkan mereka dilanda nestapa
Jangan kaubiarkan masa depan dijarah gerhana angkara
keserakahan, kemaksiatan, dan narkoba
Jangan kaujadikan mereka robot-robot dunia
yang harus senantiasa taat akan kehendakmu
yang selalu ketakutan pada tiran dan ketidakadilan

Katakan, otak dan rasa butuh keseimbangan
Teknologi dan estetika butuh etika
Karena keseimbangan dan etika
akan melahirkan makna dan manfaat tak terbatas
Seperti Tuhan telah menata
langit dan bumi, rembulan dan matahari
bukan untuk dipertentangkan
Tanpa olah rasa, otak adalah bencana bagi manusia
Tanpa olah otak, rasa adalah tiran bagi manusia

Seperti halnya mengajar
Belajar itu kompetensi yang menyenangkan
Belajar itu kebenaran merambah siang dan malam
Belajar itu perjuangan menata kehidupan
Belajar itu ibadah meniti usia
Belajar itu wajib hukumnya
Belajar itu bisa di mana-mana

Dan, Tuhan telah sediakan kurikulumnya: Iman kepada-Nya!
Silabusnya: Hati nurani kita!
Satuan pelajarannya: Amal dan perbuatan kita!
Hasil Evaluasinya: Surga atau neraka! 

Yogyakarta, 8 Agustus 2005
Disunting utk Rakor Dikmenjur di
Pulau Sepa, 10 September 2005
Bagiono Jokosumbogo

         Apa yang ada dalam pikiran dan perasaan Anda sebagai seorang guru setelah membaca puisi tersebut? Tentu jawabannya tidak akan sama antara satu dengan yang lain. Hanya satu hal yang mudah-mudahan kita satu persepsi, bahwa tugas guru ternyata bukan hanya mengejar target kurikulum, dalam arti transfer of knowledge saja, tetapi juga punya kewajiban menggali semua potensi yang ada dalam diri setiap siswa sehingga tumbuh menjadi pribadi yang utuh. Berat memang, tetapi kita tetap harus optimis bisa menjalankanya, dengan satu harapan semoga Allah SWT senantiasa membimbing langkah  perjuangan kita. Amiin








Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KOLOM kOMENTAR

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.